Laba Bank Asing Ngebut Meski Pemain Susut, Ini Pemicunya

Bisnis.com,27 Sep 2024, 06:13 WIB
Penulis: Reyhan Fernanda Fajarihza
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA –  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa laba bersih bank umum mencapai Rp149,62 triliun per Juli 2024, tumbuh 6,03% secara tahunan (year on year/YoY) dari posisi Rp141,11 triliun. Laba bank asing mencatatkan laju pertumbuhan paling signifikan sebesar 24,26% YoY.

Pertumbuhan ini terjadi di tengah jumlah bank asing di Tanah Air yang tersisa 7 pemain per Juli 2024. Jumlah itu tak berubah sejak Desember 2022, tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan data pada Desember 2021 yang sebanyak 8 bank. Aksi merger Bank Commonwealth Indonesia dengan OCBC NISP per 1 September 2024 lalu menambah panjang daftar tersebut.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch. Amin Nurdin menjelaskan bahwa pertumbuhan laba bank asing menunjukkan efisiensi operasi bisnis yang dijalankan di Indonesia.

“Bank asing terkenal sangat efisien, entah dengan digitalisasi, entah dengan penyempurnaan proses bisnis, penyederhanaan, dan seterusnya. Itu bank asing pasti unggul,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (26/9/2024).

Lebih lanjut, keunggulan itu juga ditopang oleh keunggulan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki bank asing. Komitmen dari headquarter alias kantor asal negara bank tersebut dari segi dukungan modal hingga operasional juga menjadi nilai tambah yang bermuara pada pertumbuhan laba.

Sementara itu, Amin tidak melihat adanya signifikansi penyusutan jumlah bank asing terhadap laba bersih yang diperoleh. Pasalnya, hal tersebut berkaitan erat dengan market share dan pertumbuhan laba yang lebih banyak diukur dengan persentase.

“Kalau persentase [laba]-nya bagus, pertumbuhannya akan bagus. Kan melihatnya dari persentase dan market share, seberapa besar market share-nya. Kita mesti lihat lebih dalam, mungkin market share bank asing di Indonesia hanya 10%, [terbilang] kecil,” terangnya.

Mengenai langkah bank asing yang undur diri dari persaingan perbankan nasional, dia menilai bahwa hal itu cenderung merupakan keputusan bisnis yang ditetapkan oleh headquarter masing-masing bank. Bank asing memiliki opsi yang lebih kuat di negara asalnya dengan mendominasi segmen korporasi maupun investment banking.

“Sangat sedikit yang bermain atau berhasil bermain pada [segmen] konsumer maupun komersial di negara lain. Sudah dapat dipastikan ini bagian dari strategi head office-nya, sehingga mereka menarik diri dari pasar,” jelas Amin.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) OJK terbaru, kantor cabang bank luar negeri (KCLBN) alias bank asing mencetak laba bersih Rp8,4 triliun per Juli 2024, tumbuh signifikan dari level Rp6,76 triliun pada periode sama tahun sebelumnya. Porsi yang ditempati bank asing dari keseluruhan laba perbankan nasional pada Juli 2024 ialah sebanyak 5,61%.

Perolehan laba bank asing mengungguli kelompok bank pembangunan daerah (BPD) yang mencatatkan laba Rp7,81 triliun hingga bulan ketujuh tahun ini. Kendati naik sebesar Rp1 triliun secara bulanan, capaian laba BPD masih minus 4,17% dari perolehan pada Juli 2023 sebesar Rp8,15 triliun. 

Di atas bank asing, terdapat bank swasta yang membukukan laba Rp58,57 triliun pada Juli 2024, tumbuh 8,91% dari posisi Rp53,78 triliun pada Juli 2023. Laba bank swasta pun menguasai 39,15% perolehan laba perbankan nasional.

Nilai laba bersih bank BUMN per Juli 2024 masih menjadi nomor wahid. Data OJK menunjukkan bahwa kelompok bank Persero mencetak laba bersih sebesar Rp74,84 triliun hingga bulan ketujuh tahun ini, naik 3,34% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya dengan nominal Rp72,42 triliun. Kelompok bank pelat merah pun mendominasi laba bersih industri secara keseluruhan dengan persentase mencapai 50,02%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini