Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan prediksi terkait dengan kinerja perbankan usai penurunan suku bunga acuan atau BI Rate.
Sebagaimana diketahui, BI telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) dari 6,25% menjadi 6,00% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan lalu.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan penurunan BI Rate akan mempengaruhi biaya dana di pasar uang, yang juga menjadi salah satu sumber likuiditas perbankan. Dari sini, penurunan suku bunga, baik global maupun dalam negeri, pada akhirnya akan mempengaruhi suku bunga simpanan atau cost of fund perbankan Indonesia.
"Kemudian terkait dengan penurunan cost of fund itu juga akan berpengaruh positif pada tingkat profitabilitas perbankan, dengan penurunan cost of fund pada gilirannya akan mendorong penurunan suku bunga kredit," jelasnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan September 2024 pada Selasa (1/10/2024).
Dian menjelaskan dalam kondisi suku bunga kredit yang lebih rendah, maka hal ini akan mendorong ekspansi usaha atau pertumbuhan kredit yang meningkat.
Semakin tinggi penyaluran kredit, akan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja maupun peningkatan pendapatan agregat masyarakat dan sekaligus meningkatkan kemampuan membayar masyarakat.
Dengan demikian, risiko kredit perbankan secara menyeluruh akan ikut menurun. Namun, saat ini suku bunga kredit bank masih relatif stabil karena perbankan mempertimbangkan aspek permintaan dan juga risiko kredit.
Sampai saat ini, lanjut Dian, risiko kredit masih relatif terjaga dengan daya tahan bank menyerap risiko yang tergolong kuat sebagaimana terlihat dari tingkat permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) yang tinggi, dengan didukung tingkat profitabilitas yang baik meskipun dengan NIM yang sedikit menurun.
"Ke depannya, tentu penurunan Fed Fund Rate atau FFR yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku bunga acuan BI diharapkan dapat memberikan ruang untuk aliran modal masuk asing [foreign capital inflow]," jelas Dian.
Adapun, pertumbuhan kredit perbankan pada Agustus 2024 tercatat tumbuh sebesar 11,40% secara tahunan (year on year/YoY) senilai Rp7.508 triliun. Pada saat yang sama, dana pihak ketiga atau DPK perbankan tercatat tumbuh sebesar 7,01% YoY.
Sedikit melambat ketimbang Juli 2024 yang tumbuh sebesar 7,72%. Giro menjadi kontributor pertumbuhan tersebut dengan pertumbuhan terbesar.
Adapun, tingkat profitabilitas bank atau return on asset (ROA) tercatat pada level 2,69% pada bulan kedelapan tahun ini, sama dengan angka pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, rasio permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) per Agustus 2024 tercatat pada level 26,78%, dibandingkan 26,56% pada Juli 2024.
Terkait kualitas kredit, rasio NPL gross pada Agustus 2024 tercatat sebesar 2,26% dan NPL net sebesar 0,78%. Rasio kredit berisiko atau loan at risk (LaR) menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar 10,17% per Agustus 2024, dibanding angka 10,27% pada bulan lalu.
Sementara itu, dari sisi profitabilitas, hingga Juli 2024, laba bersih bank umum mencapai Rp149,62 triliun atau tumbuh 6,03% secara tahunan (YoY) dari Rp141,11 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel