Proyeksi OJK saat Rasio Kredit Bermasalah (NPL) BPR Tembus di Atas 10%

Bisnis.com,16 Okt 2024, 14:12 WIB
Penulis: Arlina Laras
Foto multiple exposure warga beraktivitas di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Minggu (31/12/2023). Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara terkait Bank perekonomian rakyat (BPR) yang mencatatkan rasio kredit bermasalah alias nonperforming loan (NPL) di atas 10%

Kepala OJK Jabodebek & Provinsi Banten Roberto Akyuwen mengatakan kondisi NPL yang mencapai dobel digit adalah karakteristik bawaan dari BPR. Selain itu, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor yang turut memberi tekanan pada BPR.

“Memang nature-nya begitu, secara empiric memang dari waktu ke waktu NPL BPR senantiasa di atas 10% rata-rata industri,” ujarnya kepada Bisnis yang dikutip Rabu (16/10/2024).  

Meskipun saat ini sejumlah BPR mencatat NPL hingga level dobel digit, Roberto optimis bahwa kebijakan konsolidasi yang diterapkan oleh OJK, bersama dengan perbaikan dari sisi operasional BPR saat ini, akan membawa perubahan positif.

Dirinya pun menyoroti BPR yang telah bertransformasi digital menunjukkan respons yang lebih baik dan cepat dalam menghadapi tekanan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19.

“Ke depan, tidak banyak lagi banyak BPR yang NPL-nya itu dobel digit. Kita berharap bisa di bawah itu,” pungkasnya. 

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis OJK, rasio kredit bermasalah BPR memang membengkak menjadi 11,49% per Juli 2024 dengan nominal NPL Rp16,71 triliun. Total kredit macetnya pun mencapai Rp11 triliun, naik 25,12% yoy.

Pada periode yang sama tahun sebelumnya atau Juli 2023, NPL BPR sendiri masih berada pada level 9,79% dengan nominal NPL Rp13,35 triliun. Adapun, saat itu, total kredit macet sebesar Rp8,87 triliun.

NPL BPR juga telah merangkak secara perlahan sejak awal tahun 2024, di mana pada Januari 2024 di level 10,25%, kemudian Februari pada level 10,55% dilanjutkan pada Maret, April, Mei dan Juni 2024 yang masing-masing berada di level 10,7%; 11,2%; 11,37% dan 11,39%.

Meski di tengah NPL yang membengkak, berdasarkan data OJK per posisi Juli 2024 perkembangan kinerja industri BPR dan BPRS secara umum masih terjaga baik. 

Tercatat, total aset yang tumbuh mecapai 6,12% menjadi senilai Rp221,13 triliun, pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan mencapai 7,07% yoy menjadi Rp163,33 triliun serta penghimpunan dana pihak ketiga tumbuh 6,52% yoy menjadi Rp155,93 triliun. 

Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo) Tedy Alamsyah mengatakan rasio NPL yang mengalami kenaikan imbas dampak dari pandemi yang terjadi beberapa waktu lalu. Bahkan, beberapa BPR, kata Tedy, baru menyesuaikan kebijakannya pada akhir periode masa berlaku relaksasi. 

"Saya lihat ini akan sebentar, seiring dengan naiknya kredit, tentu rasio NPL akan mengalami perbaikan," ujarnya kepada Bisnis.

Menurutnya, seluruh pelaku industri BPR memiliki semangat yang sama untuk terus memperbaiki kinerjanya baik dari sisi kuantitas maupun sisi kualitasnya. Bahkan, dirinya optimistis rasio NPL di industri BPR dapat ditekan di bawah 8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini