Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga di tengah pelonggaran kebijakan moneter yang didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, profil risiko yang manageable, serta kinerja sektor jasa keuangan yang tumbuh positif.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan kinerja industri perbankan domestik terjaga stabil, didukung oleh tingkat permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan per Agustus 2024 yang tetap kuat sebesar 26,78%.
“Kinerja intermediasi Agustus 2024 tumbuh positif dengan kredit perbankan yang masih mencatatkan double-digit yakni 11,40% YoY menjadi sebesar Rp7.508 triliun,” ujarnya dalam Konferensi Pers KSSK IV tahun 2024, Jumat (18/10/2024).
Adapun, pertumbuhan kredit tersebut didorong oleh Kredit Investasi yang tumbuh tinggi sebesar 13,08% year-on-year (YoY), diikuti oleh Kredit Konsumsi sebesar 10,83% YoY dan Kredit Modal Kerja sebesar 10,75% YoY.
Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) perbankan tumbuh 7,01% YoY menjadi sebesar Rp8.650 triliun, dengan giro yang menjadi kontributor terbesar yaitu tumbuh 10,06% YoY.
Likuiditas perbankan berada pada level yang memadai dengan rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid terhadap DPK (AL/DPK) pada Agustus 2024 masing- masing tercatat sebesar 112,92% dan 25,37%, terjaga di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Risiko kredit perbankan juga terjaga dengan rasio non-performing loan (NPL) net dan NPL gross yang tetap rendah di bawah ambang batas, masing-masing berada di level 0,78% dan 2,26%.
Pasar Saham Berangsur Menguat
Selanjutnya, kinerja pasar saham domestik pada kuartal III/2024 menguat seiring dengan sentimen positif tren pelonggaran kebijakan moneter bank sentral utama dunia.
Adapun investor nonresiden membukukan net buy di pasar saham sebesar Rp21,92 triliun qtq atau Rp49,64 triliun YtD. Nilai kapitalisasi pasar tumbuh 7,52% YtD menjadi Rp12.552 triliun.
Sementara itu, penghimpunan dana oleh korporasi di pasar modal hingga akhir September 2024 (YtD) dalam tren positif, tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp155,59 triliun dengan 29 emiten baru.
Memasuki pertengahan Oktober 2024, di tengah tekanan di pasar keuangan global yang kembali meningkat, akumulasi aksi beli nonresiden di pasar saham domestik per 15 Oktober 2024 tercatat sebesar Rp43,35 triliun YtD.
Premi Asuransi Mengalami Peningkatan
Di sektor perasuransian, total aset industri asuransi per Agustus 2024 mencapai Rp1.132,49 triliun atau tumbuh 1,32% YoY. Kinerja asuransi komersial berupa akumulasi pendapatan premi meningkat pada Agustus 2024 mencapai Rp218,55 triliun, tumbuh 5,82% YoY.
Permodalan di industri asuransi komersial pada Agustus 2024 masih solid secara agregrat, dengan Risk- Based Capital (RBC) industri asuransi jiwa tercatat sebesar 457,02% dan asuransi umum/reasuransi sebesar 323,74%, terjaga jauh di atas ambang batas 120%.
Di sisi industri dana pensiun, total aset dana pensiun per Agustus 2024 tumbuh 9,07% YoY dengan nilai sebesar Rp1.485,43 triliun, dengan aset dana pensiun sukarela sebesar Rp378,45 triliun atau tumbuh 4,83% YoY.
Adapun pada perusahaan penjaminan, outstanding penjaminan per Agustus 2024 tercatat tumbuh 11,25% YoY dengan nominal mencapai Rp418,13 triliun, dan aset tumbuh sebesar 7,26% YoY dengan nominal sebesar Rp47,90 triliun.
Sejalan dengan intermediasi di perbankan, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan masih tumbuh double-digit di level 10,18% YoY pada Agustus 2024, dengan pembiayaan modal kerja sebagai penopang pertumbuhan yang tumbuh sebesar 10,76% YoY.
"Profil risiko perusahaan pembiayaan terjaga dengan rasio non-performing financing (NPF) net tercatat sebesar 0,83% dan NPF gross sebesar 2,66%," ujarnya.
Pada industri fintech peer-to-peer (P2P) lending, outstanding pembiayaan pada Agustus 2024 tercatat tumbuh signifikan sebesar 35,62% YoY atau sebesar Rp72,03 triliun. Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) turun dan dalam kondisi terjaga di posisi 2,38%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel