Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa penyaluran kredit bank pada September 2024 tercatat sebesar Rp7.510,9 triliun, tumbuh 10,4% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar terbaru, realisasi ini sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yakni sebesar 10,9% YoY. “Penyaluran kredit kepada debitur korporasi dan perorangan tumbuh, masing-masing sebesar 15,1% YoY dan 5,4% YoY,” tulis BI dalam keterangannya, Selasa (22/10/2024).
Apabila diperinci, pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) pada September 2024 tumbuh sebesar 9,4%, setelah tumbuh sebesar 10,3% pada Agustus 2024. Sektor industri pengolahan dan sejenisnya serta sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan menjadi pendorong utama.
Kredit Investasi (KI) pada September 2024 tumbuh sebesar 11,7% YoY, turut melambat dibanding bulan sebelumnya sebesar 12,2%. Capaian ini didorong oleh sektor industri pengolahan dan sejenisnya, serta sektor listrik, gas dan air bersih.
BI kemudian mencatat bahwa Kredit Konsumsi (KK) tumbuh sebesar 10,7% YoY pada bulan kesembilan tahun ini. Jumlah itu tidak berubah dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya.
Stabilnya kredit konsumsi ditopang oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Multiguna. Pertumbuhan KPR kembali melambat ke angka 10,8% pada September 2024, dari 11,4% pada Agustus 2024.
Sementara itu, KKB mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 8,8% yoy dari bulan sebelumnya sebesar 8,3%. Kredit multiguna mengalami tren serupa dengan pertumbuhan 10,8% per September 2024 dibandingkan 10,5% pada bulan sebelumnya.
“Penyaluran kredit properti tumbuh sebesar 7,6% YoY, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,0% YoY,” lanjut BI.
Selain dari kredit KPR dan KPA yang telah dijelaskan, penyaluran kredit properti itu dipengaruhi kredit konstruksi dan kredit real estate yang masing-masing tumbuh sebesar 1,2% dan 9,1%.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut bahwa kuatnya perkembangan kredit salah satunya didukung oleh minat penyaluran kredit yang tetap terjaga.
"Serta [didukung oleh] berlanjutnya realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dan dukungan KLM [Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial] Bank Indonesia," tuturnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (16/10/2024).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel