Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat adanya penurunan simpanan pada empat tiering nominal secara bulanan atau month to month (mtm). Penurunan terjadi pada tiering simpanan di bawah Rp100 juta, Rp100 juta hingga Rp200 juta, Rp200 juta hingga Rp500 juta, serta Rp500 juta hingga Rp1 miliar.
Berdasarkan data Distribusi Simpanan LPS untuk periode September 2024, simpanan di bawah Rp100 juta tercatat sebesar Rp1.058,31 triliun, setara 12,1% dari total simpanan nasional yang mencapai Rp8.767,18 triliun. Secara bulanan, tiering ini mengalami penurunan 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya.
Bahkan, sepanjang tahun berjalan atau year to date (ytd), pertumbuhan kelompok ini hanya 0,5%, yang merupakan laju terendah dibanding kelompok simpanan lainnya. Namun, secara tahunan, simpanan di bawah Rp100 juta mencatat perbaikan pertumbuhan yakni 5,3% yoy.
Penurunan serupa juga terjadi pada kelompok simpanan dengan nominal Rp100 juta hingga Rp200 juta, yang susut 0,2% secara bulanan. Meskipun demikian, kelompok ini tumbuh 2,2% secara ytd dan naik 5,4% yoy.
Kelompok simpanan dengan nominal Rp200 juta hingga Rp500 juta dan Rp500 juta hingga Rp1 miliar masing-masing juga mengalami penurunan sebesar 0,1% secara bulanan.
Namun, secara ytd, simpanan Rp200 juta–Rp500 juta tumbuh 3% dan naik 5% secara yoy. Sementara itu, simpanan Rp500 juta–Rp1 miliar mencatat pertumbuhan 2,8% ytd dan 6,4% secara tahunan.
Di sisi lain, simpanan dengan nominal Rp1 miliar hingga Rp2 miliar masih menunjukkan pertumbuhan positif, di mana tumbuh 0,3% secara bulanan dan 3,6% secara ytd. Secara tahunan, simpanan di kelompok ini tumbuh 4,3% yoy.
Simpanan bernilai Rp2 miliar hingga Rp5 miliar juga masih tumbuh 0,5% secara bulanan, dengan pertumbuhan ytd sebesar 2,2%, dan secara tahunan meningkat 4% yoy.
Simpanan nasabah dengan nilai di atas Rp5 miliar yang umumnya didominasi oleh korporasi pun masih menjadi kelompok simpanan terbesar dengan total mencapai Rp4.699,44 triliun, atau 53,6% dari total simpanan nasional.
Kelompok ini mencatat pertumbuhan tertinggi dibanding tiering lainnya, dengan kenaikan 1,5% secara bulanan, 3,7% secara ytd, dan 8,5% secara tahunan.
Menanggapi adanya penurunan di sejumlah kelompok simpanan, Head of Research LPPI Trioksa Siahaan mengatakan daya beli yang melemah nyatanya berimbas pada keputusan masyarakat untuk menarik dana dari tabungannya demi membiayai kebutuhan hidup mereka.
“Kondisi ini juga dapat terjadi untuk kelas menengah atau biasa kita kenal dengan middle income trap. Kelompok simpanan sampai dengan Rp1 miliar masih bisa tergolong [nasabah] individu,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (23/10/2024).
Sebelumnya, Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Indef Abdul Manap Pulungan pun turut menyatakan terbatasnya pertumbuhan pada kelompok simpanan di bawah Rp100 juta menggambarkan adanya pelemahan daya belanja masyarakat.
“Kita kan sebenarnya termasuk di situ. Kita ini kan belum tentu punya pendapatan Rp100 juta, tabungan Rp200 juta di rekening kan? Artinya, ini menggambarkan bahwa kelas menengah bawah itu memang sangat tertekan dengan kondisi saat ini,” ujarnya kepada Bisnis.
Menurutnya, pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah perusahaan juga turut memengaruhi penurunan pendapatan masyarakat.
“Misalnya, PHK banyak tuh ada pabrik-pabrik garmen terus tekstil yang tutup. Di situlah orang-orang menengah bawah ini yang bekerja untuk mencari pendapatan gitu,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel