Bisnis.com, JAKARTA — PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) atau Adira Finance mencatatkan laba bersih sebanyak Rp1,1 triliun per kuartal III/2024. Angka tersebut mengalami penurunan 17% secara tahunan (year on year/YoY).
Penurunan tersebut terjadi lantaran total beban perusahaan yang meningkat 18% yoy menjadi Rp6,1 triliun pada sembilan pertama tahun ini. Peningkatan beban tersebut disebabkan naiknya biaya pendanaan dan biaya kredit. Padahal di sisi lain perusahaan membukukan total pendapatan mencapai Rp7,5 triliun yang naik 9% apabila dibandingkan per kuartal III/2023.
“NPAT [laba bersih setelah pajak] kami memang ada penurunan, kami turun dari Rp1,3 triliun menjadi Rp1,1 tepatnya Rp1,114 triliun, turun 17% yoy,” kata Direktur Keuangan Adira Finance Sylvanus Gani dalam konferensi pers kinerja kuartal III/2024, di Jakarta, Kamis (31/10/2024).
Penurunan laba tersebut juga dipengaruhi menurunnya pembiayaan baru perseroan sebanyak 9% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp27,8 triliun sepanjang Januari—September 2024. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan segmen otomotif seiring dengan industri yang tengah melesu.
Adapun hingga September 2024, penjualan ritel mobil baru turun sebanyak 12% yoy menjadi 657 ribu unit. Sementara itu, sepeda motor baru sedikit meningkat sebanyak 5% menjadi 4,7 juta unit. Tidak hanya sampai disitu, tantangan ekonomi, termasuk menurunnya kelas menengah yang berpotensi menekan laju pertumbuhan ekonomi domestik pada kuartal III/2024.
Dari sisi total piutang yang dikelola mencapai sebanyak Rp56,6 triliun per kuartal III/2024. Angka tersebut tumbuh sebanyak 7% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya. Adira Finance juga mencatatkan pertumbuhan dari sisi pembiayaan non otomotif mencapai Rp6,8 triliun, di mana pembiayaan multiguna berkontribusi terbesar dengan peningkatan 18%.
Lebih lanjut, Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) perusahaan masing-masing tercatat mencapai 5,7% dan 13,5%. Sementara gearing ratio perusahaan sebanyak 1,9 kali pada September 2024. Dari sisi pendanaan, Adira Finance terus melakukan diversifikasi sumber pendanaan baik melalui dukungan berkelanjutan dari pembiayaan bersama dengan perusahaan induknya, Bank Danamon.
Perusahaan juga memperoleh pinjaman eksternal dari bank, baik bank dalam negeri mau puan luar negeri dan pasar modal melalui obligasi lokal dan sukuk mudharabah. Per posisi September 2024, total pinjaman perusahaan meningkat 24% menjadi Rp19,2 triliun terdiri dari pinjaman bank, obligasi, dan sukuk.
Sampai dengan akhir 2024, Direktur Utama Adira Finance Dewa Made Susila mengatakan pihaknya masih belum bisa memprediksi terkait hasil pada kuartal IV/2024. Dia juga mengantisipasi masih adanya penurunan dari sisi pembiayaan baru maupun laba. Namun pihaknya tetap mengharapkan perbaikan pada sisa tahun ini.
“Kalau bicara kuartal IV/2024 ini kan hanya seperempat, dampaknya enggak bisa keseluruhan, seperempat tambah outstanding mungkin dampaknya 10%. Sekarang kan trennya Rp2,5 triliun per bulan, kami berharap bisa Rp3 triliun per bulan [pembiayaan],” kata Made.
Strategi untuk tetap meningkatkan pembiayaan, Made bilang, perusahaan berusaha melakukan diversifikasi produk, bukan hanya pembiayaan otomotif saja. Termasuk multiguna hingga alat berat. Adira Finance juga memperluas jaringan bisnisnya secara selektif di wilayah-wilayah yang berpotensi tinggi. Hingga September 2024, Adira Finance telah mengoperasikan 484 jaringan bisnis di seluruh Indonesia, termasuk cabang syariah. Dari sisi digital, perusahaan terus mengoptimalkan penjualan melalui platform digital seperti Adiraku, momobil.id, momotor.id, dan dicicilaja.com.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel