Paylater Digandrungi Anak Muda, Intip Kredit Macetnya (NPF) per September 2024

Bisnis.com,11 Nov 2024, 12:31 WIB
Penulis: Akbar Maulana al Ishaqi
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Kredit macet atau non performing financing (NPF) penyaluran buy now pay later (BNPL) perusahaan pembiayaan mulai mendaki seiring kemudahan pencaian yang diberikan. Jenis kredit digandrungi dari kelompok usia muda bahkan saat daya beli lesu.

Perlahan kondisi ini mulai berdampak ke bisnis. Tercatat pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan kembali meningkat per September 2024 ke level 2,60%, dibanding 2,52% pada Agustus 2024.

Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya, Agusman mengatakan piutang pembiayaan BNPL perusahaan pembiayaan per September 2024 mencatat pertumbuhan sebesar 103,40% yoy menjadi Rp8,24 triliun. 

"Angka ini lebih rendah dari BNPL pada perbankan yang tercatat sebesar Rp19,81 triliun. Kinerja dan pertumbuhan BNPL oleh perusahaan pembiayaan diperkirakan akan terus meningkat seiring perkembangan perekonomian berbasis digital," kata Agusman dalam jawaban tertulis, dikutip Senin (11/11/2024).

Adapun secara tren, piutang pembiayaan BNPL perusahaan pembiayaan konsisten mencetak pertumbuhan dua digit dalam periode Juni sampai Agustus 2024. Masing-masing tumbuh 47,81% yoy menjadi Rp7,24 triliun, kemudian tumbuh 73,55% yoy menjadi Rp7,81 triliun, dan kembali tumbuh 89,20% yoy menjadi Rp7,99 triliun per Agustus.

Sebelumnya, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mewanti-wanti signifikannya pertumbuhan BNPL perusahaan pembiayaan di saat daya beli lesu akan meningkatkan kredit macet.

"Terdapat potensi nilai NPF bisa meningkat dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan habisnya tabungan nasabah," kata Huda kepada Bisnis, Kamis (10/10/2024).

Huda mengatakan pembiayaan BNPL menjadi andalan bagi segmentasi masyarakat yang tidak bisa mendapat akses pembiayaan dari bank karena tidak memiliki data historis keuangan yang baik. Namun, dia melihat industri perbankan punya kemampuan lebih baik dalam mengontrol kredit macet dibandingkan dengan perusahaan pembiayaan.

"Ketika sudah tidak ada biaya pembayaran cicilan, yang terjadi adalah pembayaran cicilan jadi macet. Maka potensi gagal bayar juga bisa lebih tinggi ke depan," kata Huda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini