Bisnis.com, JAKARTA — PT Zurich General Takaful Indonesia (Zurich Syariah) menargetkan kontribusi asuransi parametrik indeks cuaca bisa mencapai Rp3 miliar sampai akhir tahun.
Presiden Direktur Zurich Syariah Hilman Simanjuntak mengungkap kontribusi asuransi tersebut mencapai Rp2 miliar pada 2023 lalu. Sementara sampai akhir September 2024, nilai itu sudah mendekati kontribusi tahun lalu.
“Sampai dengan akhir tahun, kami ekspektasi sekitar Rp3 miliar kontribusinya, dari parametrik saja,” kata Hilman dalam diskusi terbatas dengan media di Graha Zurich, Jakarta pada Selasa (12/11/2024).
Hilman menambahkan pihaknya juga menargetkan sekitar 9.000 petani kopi dan kakao tercover asuransi parametrik indeks cuaca. Untuk saat ini baru sekitar 4.600 petani yang menggunakan asuransi parametrik tersebut. Namun demikian, Hilman yakin bahwa target tersebut dapat tercapai pasalnya peningkatan pemegang polis selalu terjadi pada kuartal periode kuartal IV.
“Dari awal memang kuartal IV itu yang besar,” imbuhnya.
Awalnya, Zurich Syariah menawarkan asuransi parametrik indeks cuaca untuk para petani kopi di Bener Meriah, Aceh pada 2022. Bukan tanpa alasan Aceh menjadi salah satu penghasil kopi terbesar di Indonesia. Kala itu, Hilman mengatakan bahwa asuransi parametrik indeks cuaca baru mengcover sekitar 1.500 petani kopi. Perusahaan kemudian melebarkan proteksi kepada para petani kopi di Tanggamus, Lampung.
Pada akhir tahun lalu, Zurich Syariah menyasar komoditas baru yakni kakao dengan menawarkan asuransi parametrik cuaca bagi petani kakao di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kini sudah ada 4.600 petani kopi dan kakao yang tercover asuransi parametrik cuaca. “Sekitar 30% itu petani kakao, selebihnya petani kopi,” kata Hilman.
Hilman mengatakan bahwa perusahaan terus membuka peluang untuk membuka daerah-daerah baru ke depan, termasuk memperluas komoditas. Namun demikian untuk saat ini, Hilman menyebut perusahaan masih fokus kepada kopi dan kakao saja.
“Untuk membuka daerah baru itu harus dilakukan assessment, menentukan parameternya juga,” katanya.
Dari sisi klaim, Hilman mengatakan bahwa pertama kali diluncurkan masih belum banyak klaim masuk. Namun saat ini perusahaan telah membayarkan klaim sekitar Rp1 miliar untuk asuransi parametrik cuaca.
Hilman menyebut bahwa prospek asuransi parametrik cuaca masih potensial, terlebih saat ini pemainnya masih sangat minim di Indonesia. Untuk mendukung hal tersebut Hilman menyebut bahwa perlu dukungan banyak pihak terutama partner sekaligus stakeholder yang bersedia memberikan pendanaan bagi para petani.
“Saat ini, kami dapat partner-partner itu rata-rata adalah produsen-produsen makanan dan minuman yang basically mendapatkan suplai dari petani-petani ini. Jadi mereka saat ini yang mem funding itu masih partner-partner kami,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel