Kredit Bermasalah (NPL) BPR Makin Bengkak 11,67%, Begini Langkah OJK

Bisnis.com,17 Nov 2024, 17:45 WIB
Penulis: Arlina Laras
Ilustrasi kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL). Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Bank perekonomian rakyat (BPR) mencatatkan pemburukan kualitas kredit, tecermin dari rasio kredit bermasalah alias NPL yang membengkak pada delapan bulan di tahun 2024 alias hingga Agustus 2024. Lantas, apa penyebabnya?

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, NPL BPR per Agustus 2024 mencapai 11,67%, naik 154 basis poin (bps) secara tahunan dari yang sebelumnya hanya 10,13% pada Agustus 2023.

Pada periode yang sama, kredit non lancar mencapai Rp17,07 triliun per Agustus 2024, naik 225,52% YoY dari sebelumnya Rp13,93 triliun pada Agustus 2023. 

NPL BPR sendiri sebenarnya telah merangkak secara perlahan sejak awal tahun 2024, di mana pada Januari 2024 di level 10,25%, kemudian Februari pada level 10,55% dilanjutkan pada Maret, April, Mei dan Juni 2024 yang masing-masing berada di level 10,7%; 11,2%; 11,37% dan 11,39% hingga Juli 2024 yang mencapai 11,58%.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut tren peningkatan NPL sendiri dikarenakan telah berakhirnya beberapa ketentuan relaksasi pandemi Covid-19 pada Maret 2024, sehingga BPR wajib menyesuaikan kualitas kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat ini.

Adapun, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan pengelolaan aset dengan senantiasa memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.

“Termasuk evaluasi terhadap permasalahan dan penyelesaian atas pemberian kredit pasca pandemi Covid-19 dengan menerbitkan POJK Nomor 1 tahun 2024 tentang Kualitas Aset BPR,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (17/11/2024). 

Senada, Ketua Umum Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo) Tedy Alamsyah mengatakan rasio NPL yang mengalami kenaikan imbas dampak dari pandemi yang terjadi beberapa waktu lalu. 

Bahkan, beberapa BPR, kata Tedy, baru menyesuaikan kebijakannya pada akhir periode masa berlaku relaksasi. 

"Saya lihat ini akan sebentar, seiring dengan naiknya kredit, tentu rasio NPL akan mengalami perbaikan," ujarnya kepada Bisnis.

Menurutnya, seluruh pelaku industri BPR memiliki semangat yang sama untuk terus memperbaiki kinerjanya baik dari sisi kuantitas maupun sisi kualitasnya. Dirinya pun optimistis rasio NPL di industri BPR dapat ditekan di bawah 8%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini