Bisnis.com, JAKARTA -- Laporan e-Conomy SEA 2024 yang disusun oleh Google, Temasek dan Bain & Company, memproyeksi ekonomi digital Indonesia akan mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar US$90 miliar (Rp1.420 triliun) pada 2024, naik 13% secara tahunan. Sejalan dengan hal tersebut, aliran modal dari investor di sektor digital seperti financial technology (fintech) juga diprediksi akan melesat.
Cassie Wu, Direktur Temasek Asia Tenggara mengatakan 65% investor di Indonesia memperkirakan pendanaan dalam negeri akan meningkat antara 2025 hingga 2030.
Dia menerangkan, kebanyakan investor memperkirakan volume transaksi akan meningkat lagi usai sedikit melambat hingga semester I/2024 lalu. Peningkatan ini khususnya di bidang Software as a Service (SaaS), fintech, perawatan kesehatan, dan artificial intelligence (AI).
“Para investor yakin akan potensi jangka panjang ekonomi digital Indonesia karena faktor-faktor fundamental yang kuat, seperti tren demografis yang menguntungkan dan basis pengguna yang sangat aktif," kata Cassie Wu dalam laporan e-Conomy SEA 2024, dikutip Senin (18/11/2024).
Laporan tersebut juga mencatat adanya pertumbuhan pesat di sektor layanan keuangan digital. Pembayaran digital di Indonesia diprediksi tumbuh 19% pada 2024 dan akan mencatat Gross Transaction Value (GTV) sebesar US$404 miliar.
Aadarsh Baijal, Partner di Bain & Company mengatakan pertumbuhan tersebut akan akan menjadikan layanan keuangan digital di Indonesia sebagai pasar pembayaran digital terbesar di Asia Tenggara.
"Sementara itu, pada tahun 2024, layanan pinjaman digital diperkirakan akan mencapai GMV US$9 miliar," kata Baijal.
Sebagai contoh perusahaan fintech yang telah merealisasikan investasi tahun ini adalah penyelenggara fintech P2P lending Modalku. Modalku telah mendapat suntikan investasi dari raksasa bank terbesar keempat di Asean asal Malaysia, Maybank.
"Pendanaan ini adalah equity funding dengan nominal pendanaan yang tidak dapat kami informasikan saat ini," kata Country Head Modalku Indonesia, Arthur Adisusanto saat dihubungi Bisnis, Kamis (12/9/2024).
Arthur mengatakan suntikan investasi tersebut akan memperkuat komitmen perusahaan untuk memperluas akses kredit kepada UMKM yang belum terlayani, serta membantu menghadapi tantangan dalam manajemen arus kas dengan tetap mendukung pelaku usaha mencapai potensi bisnis mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel