BI Rate Bakal Ditahan 6%, Imbas Ketidakpastian Pasar Keuangan Global

Bisnis.com,19 Nov 2024, 13:06 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Karyawan berada di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia diperkirakan akan kembali menahan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 6% dalam pertemuan Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung pada hari ini hingga besok. 

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro melihat Bank Indonesia (BI) akan mempertimbangkan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap keputusan BI Rate. 

Pasalnya, rupiah pada pekan lalu mendekati level resisten Rp16.000 hingga Rp16.100 per dolar AS. Alhasil, BI melakukan intervensi besar-besaran untuk memperlambat tekanan depresiasi. 

“Pandangan kami, Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah di 6%. Survei ekonom saat ini menunjukkan 30% kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada minggu ini,” ujarnya, Selasa (19/11/2024). 

Satria melihat apabila BI melakukan pemotongan suku bunga pekan ini, hal tersebut dapat memperbaharui tekanan depresiasi yang akan membuat langkah BI di pasar valas minggu lalu menjadi tidak efektif.

Berdasarkan catatan Bisnis, rupiah sempat dibuka melemah ke level Rp15.931,5 per dolar AS pada Jumat pekan lalu. Meski demikian, pada pekan ini rupiah mulai menunjukkan penguatan. 

Di tengah keyakinan akan BI Rate tetap 6%, Satria tidak menutup perkiraaan akan ada pemangkasan suku bunga acuan—meski bukan dalam RDG bulan ini—jika dolar AS melemah. 

Menurutnya, indeks dolar atau DXY yang saat ini berada di level 106,7, mengalami overbought yang ekstrem. 

“Jika DXY gagal menembus level resisten kritis 107, indeks ini akan mengalami penurunan tajam,” tuturnya. 

Sementara itu, Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menyebutkan pada dasarnya inflasi telah cukup terkendali, namun rupiah justru menunjukkan ketidakstabilan. 

Alhasil, BI akan mempertahankan suku bunga 6% menjelang akhir tahun ini. Tidak lain, akibat efek dari kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS yang berlangsung 5 November lalu, sehingga rupiah dan mata uang lain di Asia mengalami pelemahan. 

Ryan menyebut hal ini sebagai momen ‘abnormal’ karena seharusnya dengan langkah intervensi BI, rupiah sudah stabil dengan inflasi yang terkendali. 

“Ini faktor abnormal. Itu di luar kendali pemerintah kita, di luar kendali Bank Indonesia. Ini kan faktor eksternal,” tuturnya. 

Ryan melihat, BI akan berpotensi memangkas suku bunga acuan jika rupiah menuju ke rentang Rp15.200—Rp15.300 per dolar AS bersamaan dengan inflasi terkendali di target 2,5%±1%. 

Pada RDG Oktober 2024, Gubernur BI Perry Warjiyo memutuskan untuk menahan BI Rate di angka 6%. Fokus kebijakan moneter jangka pendek pada stabilitas nilai tukar Rupiah karena meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Adapun, Bank Indonesia akan mengumumkan hasil RDG November yang berlangsung hari ini dan besok, pada Rabu (20/11/2024) mulai pukul 14.00 WIB. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini