Tren Modal Asing Kabur dari RI Berlanjut, Ekonom: SRBI Tetap Menarik Investor

Bisnis.com,24 Nov 2024, 17:36 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Ilustrasi modal asing dalam bentuk mata uang dolar AS. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Tren modal asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia dalam satu bulan terakhir terus berlanjut hingga pekan ketiga November 2024. 

Mengacu data Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah yang Bank Indonesia rilis setiap pekan, terakhir non-residen alias asing menyalurkan modalnya ke Tanah Air pada pekan pertama Oktober 2024 atau tanggal 30 September – 3 Oktober 2024 senilai Rp570 miliar. 

Sejak saat itu, investor asing perlahan melakukan aksi jual neto di pasar saham, Surat Berharga Negara (SBN), serta Sekuritas Rupiah Bank Indoensia (SRBI). 

Modal asing terbesar yang meninggalkan pasar keuangan Indonesia terjadi pada pekan pertama bulan ini atau pada tanggal 4-7 November senilai Rp10,23 triliun. Di mana pada momen tersebut, bertepatan dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS menggantikan Joe Biden. 

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Sutimorang menyampaikan Bank Indonesia patut waspada terhadap kondisi tersebut dan perlu melakukan antisipasi yang mungkin terjadi dari dampak negatif keluarnya modal asing. 

Pasalnya, aliran modal asing yang keluar dari Indonesia dapat berdampak pada nilai tukar rupiah, kinerja transaksi berjalan, hingga perekonomian secara keseluruhan. 

Kondisi ini pula yang menurut Hosianna, menjadi alasan bank sentral kembali menahan suku bunga acuan BI Rate di angka 6% dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20 November lalu. 

Meski begitu, Hosianna melihat instrumen-instrumen pro-market yang diterbitkan dalam menjaga stabilitas rupiah tetap menjadi primadona asing, terutama SRBI. 

“Dengan imbal hasil SRBI dan SVNBI [Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia] yang menarik, tercermin kepemilikan investor asingnya tetap stabil, kontras dengan outflow pada saham dan SBN,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (24/11/2024). 

Untuk itu, Hosiannya mendorong pemerintah untuk memastikan bahwa aktivitas perekonomian tetap solid, dan likuiditas di sistem keuangan memadai. 

Mengingat suku bunga yang masih cenderung tinggi untuk beberapa waktu ke depan, akan cenderung membuat investor dan pelaku pasar akan terus memastikan perekonomian mampu soft landing

“Ke depannya prospek pertumbuhan akan menjadi katalis setelah terjaganya kestabilan nilai tukar yang tidak terdepresiasi terlalu dalam,” lanjutnya. 

 

BI Andalkan SRBI

Gubernur BI Perry Warjiyo pun meyakini bahwa SRBI—instrumen pro-market yang pertama kali diperkenalkan pada Agustus 2023—akan menarik para investor asing dan pada akhirnya mendorong stabilisasi rupiah. 

Perry menyampaikan meski rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,74% sepanjang tahun ini (hingga 19 November) dari akhir 2023, namun tidak sedalam mata uang negara lain seperti dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,26%, 5,83%, dan 7,53%. 

Setidaknya, Perry memiliki empat instrumen yang dapat menahan depresiasi rupiah tidak semakin dalam. Pertama, BI Rate yang ditahan dalam dua bulan terakhir berfokus kepada stabilisasi rupiah. 

Kedua, Bank Indonesia terus melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). 

Ketiga, mengoptimalkan instrumen SRBI agar terjadi inflow atau arus masuk modal asing yang akan memperkuat rupiah.  

Per 18 November 2024, tercatat kememilikan non-residen dalam SRBI saat ini mencapai Rp250,18 triliun atau 25,8% dari outstanding Rp968,82 triliun. 

“Ini kan membantu stabilisasi nilai tukar. Tadi ada potensi arus keluar di Indonesia, SRBI masih bisa masuk dan mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (20/11/2024). 

Keempat, Perry menekankan pihaknya terus melakukan koordinasi dengan menteri keuangan dalam menjaga stabilitas Surat Berharga Negara (SBN), melalui dari pasar sekunder. 

Tren Modal Asing Keluar Sepanjang Oktober-November 2024

Waktu  Jual Neto (Rp, triliun)
7-10 Oktober 2024 (Pekan Kedua Oktober) 2,84
14-17 Oktober 2024 (Pekan ketiga Oktober) 1,09
21-24 Oktober 2024 (Pekan keempat Oktober) 6,63
28-31 Oktober 2024 (Pekan Kelima Oktober) 4,86
4-7 November 2024 (Pekan Pertama November) 10,23
11-14 November 2024 (Pekan Kedua November) 7,42
18-22 November 2024 (Pekan ketiga November) 7,5 

Sumber: Bank Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Thomas Mola
Terkini