Bank Indonesia Catat Deposito Nasabah Perorangan Tumbuh Negatif

Bisnis.com,25 Nov 2024, 01:45 WIB
Penulis: Reyhan Fernanda Fajarihza
llustrasi Deposito. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan simpanan berjangka alias deposito perbankan sebesar 5,1% secara tahunan (year on year/YoY) pada Oktober 2024. Angka ini melambat dibandingkan pertumbuhan 5,3% YoY pada bulan sebelumnya.

Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis BI, laju pertumbuhan deposito golongan nasabah korporasi naik tipis dari 14% per September 2024 menjadi 14,1% per Oktober 2024, dengan simpanan senilai Rp1.553,1 triliun.

Namun demikian, deposito golongan nasabah perorangan mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar 3,5% YoY pada bulan kesepuluh tahun ini, lebih dalam dibandingkan September 2024 yang minus 2,7%. Total simpanan berjangka nasabah perorangan sejauh ini ialah Rp1.437,3 triliun.

Sementara itu, deposito dari golongan nasabah lainnya masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 9,7% YoY hingga mencapai Rp146,1 triliun pada Oktober 2024. Persentase ini melampaui capaian 5,6% pada September 2024.

Pelambatan simpanan berjangka ini selaras dengan tren pada dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh 6% YoY hingga mencapai Rp8.460,6 triliun per Oktober 2024, melambat dari pertumbuhan 6,7% per September 2024.

“DPK korporasi tumbuh sebesar 12,8% YoY, setelah tumbuh 13,5% YoY pada September 2024. Sementara itu, DPK perorangan tumbuh sebesar 0,5% YoY, relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya [0,6% YoY],” tulis BI, dikutip Minggu (24/11/2024).

Berdasarkan catatan Bisnis, BI berupaya mengoptimalkan instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI) untuk menarik modal asing dan mendorong stabilitas rupiah. Hal ini sebagaimana disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo.

Perry menyampaikan, meskipun rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,74% dari akhir 2023 hingga 19 November 2024 ini, hal tak sedalam mata uang negara lain seperti dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,26%, 5,83%, dan 7,53%. 

Menurutnya, suku bunga acuan alias BI Rate yang ditahan di level 6% pada dua bulan terakhir juga menjadi bagian dari upaya menjaga stabilitas rupiah.

“Ini kan membantu stabilisasi nilai tukar. Tadi ada potensi arus keluar di Indonesia, SRBI masih bisa masuk dan mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (20/11/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini