Fintech P2P Amartha Bicara Rencana Bisnis pada 2025

Bisnis.com,26 Nov 2024, 20:58 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Founder & Chief Executive Officer (CEO) Amartha, Andi Taufan Garuda Putra (kiri)./Bisnis - Eusebio Chrysnamurti .

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan fintech peer to peer (P2P) lending PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) mengungkap rencana bisnis pada 2025.

Founder dan CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra mengungkap bahwa perusahaan tetap fokus membesarkan bisnis di luar Jawa pada tahun depan. Beberapa wilayah yang akan difokuskan antara lain Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara. 

“Jadi, kami [berusaha] untuk dapat deepening [memperdalam] market share kami. Awal tahun ini misalnya, kami mulai masuk ke Kalimantan dan sekarang di sisi Kalimantan juga hampir semua profit,” kata Taufan dalam Editor Gathering Amartha pada Selasa (26/11/2024) di Jakarta. 

Taufan mengatakan perusahaan juga membesarkan bisnis di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mana akses permodalan di sana masih terbatas. Menurutnya masih banyak potensi di sana yang dapat digarap, serta potensi ekonominya masih terus berkembang. 

Dari sisi produk, Taufan mengatakan bahwa pihaknya akan terus berinovasi. Salah satu produk digital yang diluncurkan perusahaan tahun ini adalah AmarthaFin. Platform digital tersebut dapat gunakan untuk melakukan investasi, mengajukan pinjaman, membeli produk PPOB, pembelian pulsa, hingga membayar tagihan listrik. 

Taufan mengatakan dengan platform digital tersebut, Amartha juga berharap bisa lebih mengedukasi masyarakat secara digital. 

“Jadi, bagaimana mereka berinteraksi dengan Amartha melalui platform aplikasi AmarthaFin. Tapi ini juga tantangan, terutama bagaimana masyarakat di daerah-daerah lebih nyaman untuk berinteraksi dengan Amartha melalui aplikasi,” katanya. 

Tidak hanya sampai di situ, Taufan mengatakan bahwa menjaga pendanaan yang sehat juga masih menjadi prioritas perusahaan pada tahun depan. Perusahaan berharap dapat terus mempertahankan tingkat kredit macet atau TWP 90 terjaga. 

Caranya adalah dengan memahami risiko berbagai macam sektor secara granular dan ideal. Taufan menegaskan sebagai penyelenggara fintech P2P lending perusahaan harus memiliki kemampuan untuk memetakan risiko secara mendalam, baik berdasarkan perbedaan provinsi, wilayah, maupun sektor usaha yang dilayani.

Setelah risiko tersebut diidentifikasi, Amartha dapat menentukan tingkat toleransi risiko atau risk appetite yang sesuai dengan strategi bisnis.

Taufan juga menyinggung terkait dengan bunga fintech P2P lending pada tahun depan. Untuk sektor konsumtif, bunga akan turun menjadi 0,2% per hari pada 2025, dari sebelumnya 0,3% pada 2024.

Sementara sektor produktif, suku bunga maksimal yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2025 adalah sebesar 0,1% per hari. Angka ini sama dengan batas yang ditetapkan pada 2024. Amartha sendiri bergerak di sektor produktif, di mana bunganya masih akan tetap pada tahun depan.    

Taufan menyebut bahwa perusahaan tak masalah dengan bunga yang ditetapkan regulator. Terlebih tingkat pengembalian tersebut masih masuk pada cap bisnis perusahaan. 

Rate kami juga kan dari 16%, 20%, hingga 24% setahun. Jadi, rate-nya kami lumayan kompetitif di pasar, dan kami juga bisa dapet borrower yang berkualitas juga. Masih sesuai dengan cap bisnisnya kami juga,” katanya. 

Saat ini, Amartha telah melayani 50.000 desa di 19 provinsi. Dari sisi, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sekitar 2,7 juta pelaku suda menerima permodalan dan pendampingan dari Amartha.

Jumlah modal usaha yang telah disalurkan mencapai sebanyak 23,9 triliun dengan TWP90 masih terjaga mencapai 2,71% yang mana masih di bawah batas yang ditetapkan OJK yakni 2,71%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini