Bisnis.com, JAKARTA -- Harga saham PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) atau BNC sontak melonjak pada akhir pekan lalu setelah hasil RUPS Luar Biasa dirilis ke publik.
Pada pekan lalu, RUPSLB BNC menetapkan bahwa pemegang saham pengendali PT Akulaku Silvrr Indonesia dan Rockcore Financial Technology Co. Ltd (Akulaku Group) akan melakukan divestasi minimum saham 2% per tahun.
"Pelaksanaan divestasi dapat dilakukan terhadap termasuk namun tidak terbatas pada masuknya pemegang saham strategis baru baik melalui pelaksanaan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau aksi korporasi lainnya," tertulis dalam pengumuman yang dikutip Senin (26/11/2024).
Meski membuka ruang masuknya investor baru, RUPSLB BBYB juga membuka opsi lain ke pasar saham dengan mewajibkan Akulaku untuk melaksanakan divestasi minimal 2% per tahun selama 5 tahun.
"Sehingga kepemilikan saham akulaku grup pada BNC akan menjadi maksimal 30%," tertulis dalam pengumuman.
Akulaku Group pertama kali masuk ke BBYB pada Maret 2019. Akulaku Group membeli 8,9% saham PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) dari Gonzo Capital pada harga Rp338 per lembar.
Dalam catatan Bisnis, Akulaku Group terus menambah saham BBYB sehingga menjadi pengendali. Perusahaan jejaring Alibaba itu memiliki BBYB melalui PT Akulaku Silvrr Indonesia dan Rockcore Financial Technology Co.
Akulaku Group pertama kali masuk ke BBYB pada Maret 2019. Akulaku Group membeli 8,9% saham PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) dari Gonzo Capital pada harga Rp338 per lembar.
Dari sisi kinerja, BBYB mencetak laba sebesar Rp4,06 miliar pada September 2024. Capaian itu membalikan kondisi rugi yang dialami 9 bulan 2023 lalu yang sebesar Rp566,06 miliar.
Laba BBYB pada September 2024 itu menjadi yang paling kecil jika dibandingkan dengan delapan bank digital lainnya di Tanah Air. Laba bank digital terbesar ditorehkan oleh Allo Bank (BBHI) yang maraup Rp302,59 miliar pada kuartal III/2024.
Laporan keuangan BBYB memberikan sedikit potret upaya perseroan dengan fokus utama memperbaiki kualitas kredit. NLP gross BBYB berada pada level 3,72%, sementara NPL net terjaga pada 0,99%. Kedua rasio kredit bermasalah itu membaik dari posisi 3,89% dan 1,51%.
Pada sisi intermediasi, penyaluran kredit BBYB tercatat senilai Rp9,26 triliun, turun 15,54% secara tahunan (year on year/YoY). Pada saat bersamaan dana pihak ketiga (DPK) juga turun 7,59% YoY menjadi Rp14,14 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel