Begini Strategi Amartha Jaga Kredit Macet Tetap Rendah

Bisnis.com,27 Nov 2024, 15:29 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Founder & Chief Executive Officer (CEO) Amartha, Andi Taufan Garuda Putra (kiri). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.

Bisnis.com, JAKARTA — Penyelenggara fintech peer to peer atau P2P lending PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) mengungkap strategi untuk menjaga tingkat kredit macet tetap rendah.

Adapun tingkat keberhasilan pengembalian kredit selama 90 hari dalam platform atau TKB90 mencapai 97,29%. Artinya tingkat ketidakberhasilan pengembalian kredit atau wanprestasi selama 90 hari dalam platform 2,71%, yang mana masih di bawah batas yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni 5%. 

Founder dan CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra mengungkapkan bahwa pihaknya mengandalkan pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan para mitra, terutama perempuan di pedesaan, untuk menciptakan sistem tanggung renteng yang efektif. Hal tersebut memungkinkan ibu-ibu di pedesaan saling bekerja sama dan mendukung satu sama lain, tidak hanya dalam mengelola keuangan, tetapi juga dalam menjaga kelancaran pembayaran pinjaman.

"Untuk bayar, kami bangunnya tuh peer pressure, jadi di mana kami membentuk social collateral, kami bikin jaminan kelompok. Kelompoknya ibu-ibu, mereka yang saling tanggung renteng satu sama lain," kata Taufan dalam Editor Gathering Amartha pada Selasa (26/11/2024) di Jakarta. 

Sistem tersebut, menurut Taufan, relevan dengan segmen ibu-ibu di pedesaan karena mereka tinggal berdekatan dan memiliki hubungan sosial yang kuat. Dengan cara ini, komunitas yang dibangun tidak hanya menjadi fondasi kelancaran pinjaman, tetapi juga menciptakan kepercayaan di antara para mitra.

"Mereka juga membantu screening siapa yang bisa bergabung dengan Amartha," katanya. 

Taufan juga menyoroti pentingnya melayani segmen akar rumput, yang dia sebut sebagai salah satu basis pelanggan terbaik. Pihaknya percaya melayani segmen akar rumput turut mendukung ekonomi nasional, karena mereka merupakan salah satu tulang punggung ekonomi.

Menurutnya, apabila pelaku usaha mikro di pedesaan diberikan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka, potensi besar untuk menciptakan nilai tambah dan dampak positif akan muncul.

"Menurut kami potensi segmen ini masih besar buat kami garap, buat kami dampingi, untuk naik kelas," ungkapnya. 

Amartha berdiri pada 2010, di mana menjadi lembaga keuangan mikro yang menyediakan pembiayaan produktif. Pada 2016, perusahaan bertransformasi menjadi perusahaan teknologi yang menjangkau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) akar rumput. Pada 2024, Amartha mendampingi UMKM, startup, dan institusi keuangan.

Adapun partner institusi Amartha yakni Superbak, Blu, BNI, dan Bank Nobu. Dari sisi startup antara lain eFishery, elevarm, BroilerX, dan Agridesa. Saat ini, Amartha telah melayani 50.000 desa di 19 provinsi. Dari sisi, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sekitar 2,7 juta pelaku sudah menerima permodalan dan pendampingan dari Amartha. Jumlah modal usaha yang telah disalurkan mencapai sebanyak Rp23,9 triliun dengan TWP90 masih terjaga mencapai 2,71%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Wibi Pangestu Pratama
Terkini