Klaim Rasio Kesehatan Tembus 139,5%, Industri Asuransi Hadapi Tekanan Berat

Bisnis.com,01 Des 2024, 04:30 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Senin (28/10/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatatkan klaim rasio asuransi kesehatan mencapai sebesar 139,5% per kuartal III/2024. Hal tersebut mencerminkan nilai klaim yang dibayarkan jauh melebihi premi yang diterima. 

Data AAJI menunjukkan premi asuransi kesehatan hanya mencapai Rp14,98 triliun, sementara klaim yang dibayarkan melonjak hingga Rp20,91 triliun, meningkat 37,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp15,24 triliun. 

Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon menilai peningkatan klaim ini sebagai isu serius, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Dalam pertemuan dewan asuransi beberapa negara ASEAN setuju bahwa inflasi medis menjadi salah satu pemicu utama kenaikan klaim. 

“Hanya ada satu negara tetangga kita dalam pertemuan di dewan asuransi ASEAN yang kenaikan inflasi medisnya hanya satu digit. Yang lain kebanyakan dua digit,” kata  Budi dalam konferensi pers kinerja industri asuransi jiwa Januari—September 2024 pada Jumat (29/11/2024) di Jakarta. 

Budi menyoroti potensi dampak kenaikan klaim kesehatan yang terus-menerus meningkat hingga 20–30% setiap tahun. Menurutnya, kondisi ini dapat membuat perusahaan asuransi kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran klaim. Ia juga mengkhawatirkan apabila beban tersebut sepenuhnya dialihkan ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, maka badan publik tersebut berisiko mengalami tekanan finansial yang berat.

Budi juga menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara asuransi sosial dan produk asuransi tradisional. Menurutnya, masyarakat yang mampu sebaiknya mengandalkan asuransi swasta untuk meringankan beban BPJS Kesehatan yang difokuskan bagi masyarakat kurang mampu.

Di sisi lain, Ketua Bidang Kanal Distribusi dan Inklusi Tenaga Pemasar AAJI, Elin Waty, menekankan bahwa AAJI telah membentuk tim kerja khusus untuk mencari solusi terhadap lonjakan klaim kesehatan. Tim tersebut melibatkan dokter, ahli underwriting, dan bagian klaim untuk mengidentifikasi berbagai faktor penyebab.

“Memang kenaikan klaim ini kan ada beberapa faktor, satu inflasi yang tidak bisa kita pungkiri, yang kedua adalah edukasi masyarakat, dan yang ketiga adalah pelayanan rumah sakitnya [overtreatment],” kata Elin.

Elin menambahkan masalah ini juga menjadi perhatian negara-negara ASEAN lainnya. Untuk pertama kalinya, ASEAN Insurance Council membentuk komite khusus mengenai kesehatan, yang dipimpin oleh dokter asal Indonesia.

“Jadi sebenarnya masalah kesehatan ini tidak hanya dialami oleh Indonesia tapi dihadapi oleh semua negara ASEAN dengan kombinasi yang sama antara inflasi, edukasi masyarakatnya, dan juga edukasi dari pusat pelayanan kesehatannya,” tambah Elin.

Elin menyatakan bahwa AAJI akan terus berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Kesehatan untuk mencari strategi terbaik menghadapi tantangan ini. Langkah kolaboratif tersebut diharapkan mampu menekan laju kenaikan klaim kesehatan sekaligus menjaga keberlanjutan industri asuransi.

“Dari sisi industri kami juga mendorong perusahaan untuk mengedukasi masyarakat khususnya para pemegang polis atas kondisi yang terjadi saat ini. Melalui berbagai kolaborasi tersebut, pelayanan medis oleh perusahaan diharapkan tidak hanya semakin efisien melainkan juga semakin memperluas cakupan perlindungan masyarakat,” ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Novita Sari Simamora
Terkini