Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) melaporkan industri asuransi umum mencatat kerugian -Rp1,71 triliun pada triwulan III/2024. Laba setelah pajak asuransi umum anjlok 128,89% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Ketua Umum AAUI Budi Herawan mengungkapkan kondisi ini berbalik dari posisi akhir 2023. Kinerja akhir tahun lalu itu asuransi umum sempat mencatatkan peningkatan laba setelah pajak sebesar Rp9,14 triliun. Ia berharap tren pemulihan dapat terjadi pada akhir 2024.
“Kalau pertanyaan soal asuransi yang rugi ini, kami memang sangat-sangat harapkan [tumbuh]. Prediksi saya seharusnya di kuartal IV ini ada perbaikan kinerja,” ujar Budi dalam konferensi pers di Kantor AAUI, Selasa (3/12/2024).
Budi menjelaskan, pada periode Januari–September 2024 hasil investasi perusahaan asuransi umum meningkat 38,09% yoy menjadi Rp5,26 triliun. Sebagai perbandingan, hasil investasi pada triwulan III/2023 mencapai Rp3,81 triliun dan tumbuh menjadi Rp6,20 triliun pada akhir 2023.
“Kita tahu investasi deposito sedang membaik, bunganya kecil, kita main di surat berharga, SUN, sukuk yang mungkin itu bisa menjadi salah satu primadona. Untuk surat berharga yang lain, pasar modal kondisinya masih kita harus hati-hati,” tambah Budi.
Menjelang akhir 2024, Budi melihat perusahaan asuransi umum mulai melakukan langkah pembenahan pasca-kerugian di triwulan III. Ia menilai, kerugian tersebut mencerminkan upaya perusahaan untuk memperbaiki portofolio menjelang kuartal IV.
“Ini lebih kepada strategi bagaimana mereka bisa melakukan rebound, dan nanti pada kuartal IV, portofolio yang kurang baik bisa mereka keluarkan,” ungkapnya.
Wakil Ketua Bidang Statistik, Riset, & Analisa AAUI, Trinita Situmeang, menjelaskan selain hasil investasi, laba perusahaan asuransi umum juga ditopang oleh laba operasional atau underwriting. Namun, hingga triwulan III/2024, hasil underwriting mengalami kontraksi tajam sebesar 48,38% yoy menjadi Rp7,21 triliun, dibandingkan Rp13,96 triliun pada triwulan III/2023.
Menurut Trinita, perbaikan kinerja operasional dapat dilakukan melalui perbaikan proses underwriting, menjaga keseimbangan bisnis, dan meningkatkan efisiensi operasional.
“Yang terpenting juga, di tengah situasi genting ini kita tetap cari kesempatan untuk tumbuh dengan menghadirkan produk-produk yang bisa langsung diserap pasar dan menghasilkan pendapatan jangka pendek maupun menengah,” tutup Trinita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel