Bisnis.com, BADUNG — Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengangap asuransi pertanian mempunyai peranan penting dalam mendukung program swasembada pangan dan proyek food estate pemerintahan Prabowo-Gibran.
Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwyanto menjelaskan bahwa jika dilhat secara sosial ekonomi, struktur sosial petani di Indonesia saat ini didominasi oleh petani kecil, usia yang sudah tua dan tingkat pendidikan yang rendah. Kondisi tersebut membuat upah petani saat ini masih terhitung kecil.
"Untuk itu, kehadiran asuransi pertanian dapat mendukung program pemerintah di bidang pertanian sebagaimana yang tertuang di dalam food estate Presiden Prabowo dan pemerintah Indonesia," kata Bern kepada Bisnis, Selasa (10/12/2024).
Bern menjelaskan pentingnya asuransi pertanian ini karena usaha tani tidak lepas dari beragam risiko antara lain seperti hama dan penyakit, iklim, akses investasi yang terbatas, akses penjualan, teknologi pertanian, manajemen pertanian hingga informasi pendukung pertanian.
"Dengan adanya asuransi pertanian ini maka dapat menjadi alat untuk mitigasi yang menyangkut risiko finansial, iklim dan pengembangan. Asuransi pertanian ini dapat memperbaiki tingkat risiko yang dihadapi oleh petani," kata Bern.
Bern menilai asuransi pertanian juga menjadi penting karena pertanian memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan berkorelasi langsung dengan jumlah tenaga kerja.
Dengan begitu, apabila peran asuransi di sektor pertanian bisa dioptimalkan, Bern menilai dampaknya akan dirasakan menyeluruh kepada setiap sektor.
"Upaya-upaya ini dapat membantu industri asuransi, pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam pengembangan pertanian Indonesia," kata Bern.
Adapun pemerintah telah memulai program asuransi bagi petani, khususnya komoditas padi. Program ini bernama Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang diselenggarakan oleh BUMN asuransi, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) dengan skema subsidi dari pemerintah.
Sampai dengan Oktober 2024, tercatat sebanyak 464.895 petani dengan luas lahan padi sebanyak 278.820 hektare yang mengikuti program AUTP. Dalam periode tersebut tercatat premi yang diterima Jasindo sebesar Rp50,18 miliar, di mana 80% dari angka tersebut merupakan subsidi pemerintah sebesar Rp40,14 miliar. Sementara klaim yang telah dibayarkan oleh Jasindo sebesar Rp8 miliar atas lahan seluas 1.335 hektare.
Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo Diwe Novara menjelaskan secara umum produk asuransi pertanian terbagi menjadi dua, yaitu traditional crop insurance (indemnity based) dan parametric insurance (index based).
Pada indemnity based, asuransi akan melakukan evaluasi kerugian berdasarkan pada kerugian yang dialami secara langsung oleh petani atau pemilik lahan. Diwe menjelaskan, penilai asuransi biasanya melakukan survei lapangan untuk menilai kerusakan yang terjadi pada tanaman atau lahan.
Sementara pada asuransi berbasis indeks, klaim akan berjalan berdasarkan parameter indeks tertentu, seperti curah hujan, suhu, atau indeks vegetasi.
Menurutnya, tantangan dalam implementasi asuransi parametrik antara lain adalah belum dapat mengakomodir kerugian dengan intensitas yang kecil atau parsial di suatu daerah seperti serangan hama atau penyakit. Selain itu, kendala lainnya adalah terkait kesiapan data parameter yang digunakan sebagai dasar indeks.
"Atas hal itu dengan melihat kondisi di lapangan, kami melihat bahwa asuransi yang bersifat indemnity lebih cocok digunakan [di Indonesia]. Namun dengan melihat perkembangan asuransi parametrik, kami juga terus melihat peluang untuk pengembangan asuransi jenis ini untuk komoditas padi dan komoditas lainnya," kata Diwe.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel