Saham Restoran Waralaba jadi Incaran Investor Fintech Urun Dana

Bisnis.com,10 Des 2024, 02:08 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Ilustrasi layanan jasa keuangan financial technology (fintech) crowdfunding./ Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA - Pemain teknologi finansial urun dana (securities crowdfunding/SCF) terciprat berkah tumbuhnya minat investor terhadap aksi penanaman modal ke perusahaan skala kecil dan menengah (UKM). Saham usaha restoran menjadi yang paling laris.

CEO sekaligus Co-Founder PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare) Heinrich Vincent menjelaskan lonjakan antusiasme investor pada platformnya tercermin dari pertumbuhan jumlah pemodal hingga 150% secara tahunan (yoy), sehingga saat ini Bizhare tercatat memiliki lebih dari 350.000 pemodal terdaftar.

"Selain itu, pada tahun 2024 ini sudah ada beberapa investor institusional yang mulai berinvestasi di Bizhare dengan ticket size yang cukup besar dibandingkan investor individu. Menunjukkan kepercayaan investor institusi terhadap iklim tekfin SCF," ujarnya kepada Bisnis, Senin (9/12/2024).

Adapun, sepanjang tahun ini, Bizhare melaksanakan penghimpunan dana 162 proyek dengan total nilai Rp244,82 miliar. Komposisinya, 80% efek bersifat saham, sementara 20% efek bersifat sukuk. Hal ini membawa Bizhare menjadi pemain SCF penerbitan saham paling dominan.

"Industri yang memanfaatkan platform Bizhare pun semakin beragam. Terbanyak masih dari F&B [makanan & minuman] sebanyak 65%, misalnya, jenama seperti Sour Sally, Pempek Farina, Holycow, dan Burgreens," jelas Vincent.

Selain sektor F&B, sebanyak 35% penerbit proyek yang melakukan penggalangan dana di platform Bizhare terdiri dari sektor ritel seperti Snack Zone Mall Kota Kasablanka Jakarta, sektor kesehatan seperti Akila Dental di Bintaro Plaza, hingga sektor produksi hiburan seperti film Malam Pencabut Nyawa dan Tumbal Darah.

"Industri penginapan pun tak kalah banyak, seperti Bobocabin Dieng, atau Bobobox CriB Kuningan, Jakarta Selatan yang saat ini sedang dibuka penawaran efeknya di Bizhare. Ada juga berbagai macam penawaran sukuk untuk proyek pengadaaan di IKN [Ibu Kota Nusantara] dan pembangunan proyek dari vendor BUMN dan korporasi," tambahnya.

Menurut Vincent, mulai naiknya antusiasme investor juga merupakan buah dari peningkatan awareness para UKM atau pemilik proyek, bahwa memanfaatkan platform urun dana juga memiliki efek promosi dan peningkatan eksposur. 

Contoh paling mendasar, misalnya sebuah jenama makanan X memanfaatkan penggalangan dana untuk membuka kios baru di lokasi Y, maka setidaknya akan ada beberapa orang yang mulai sadar bahwa X akan tersedia di Y, bahkan sebelum kios itu resmi dibuka. 

Lantas, setelah kios resmi dibuka pun, harapannya akan ada kunjungan dari para pemodal dan orang-orang yang yang tahu lebih awal. Bahkan, boleh jadi para pemodal sendiri yang gencar ikut mempromosikan kios baru X tersebut.

"Alhasil, memanfaatkan SCF membuat penerbit mendapatkan eksposur lebih dari masyarakat saat melakukan penawaran efek. Sehingga meningkatkan brand awareness dari bisnis mereka, sekaligus berpotensi meningkatkan omzet dari penerbit itu sendiri ke depannya, khususnya bagi para penerbit saham," ungkapnya.

Sejalan dengan hal itu, Bizhare pun terus melakukan pendampingan dan optimasi terhadap kinerja bisnis para penerbit, supaya para investor puas, dan harapannya para investor itu mau kembali berinvestasi ulang ke proyek-proyek SCF lain di masa depan.

Lewat upaya-upaya itu, Vincent mengklaim pihaknya telah mampu menjaga performa dividend yield atau return on investment (ROI) yang diterima oleh investor hingga rata-rata mencapai lebih dari 21% per tahun. 

Berdasarkan data Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) hingga November 2024, para pemain SCF resmi yang berjumlah 16 platform tercatat mampu menghimpun total dana Rp1,49 triliun, berasal dari 780 proyek urun dana, dengan partisipasi investor mencapai 184.724 akun investor alias pemodal. 

Berdasarkan data ALUDI, proyek urun dana dengan jumlah paling dominan berasal dari usaha restoran atau F&B sebesar 24,3%, disusul usaha manufaktur dengan 15,1%, usaha bidang konstruksi 8,8%, serta usaha terkait agrikultur dan usaha terkait perdagangan & ritel yang sama-sama mengambil porsi 7,9%.

Adapun, semua aspek kinerja itu kompak bertumbuh ketimbang capaian sepanjang tahun lalu dan setidaknya masih sejalan dengan tingkat rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) industri di kisaran 30% per tahun. 

Sebagai perbandingan, jumlah proyek yang diterbitkan para pemain SCF anggota ALUDI sepanjang 2023 baru mencapai 550 penerbitan, dengan total dana dihimpun Rp1,12 triliun dari partisipasi 168.739 akun pemodal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini