Begini Strategi Investasi Tugu Insurance pada 2025

Bisnis.com,22 Des 2024, 13:39 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Pegawai beraktivitas di dekat logo Tugu Insurance di Jakarta, Rabu (16/10/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan asuransi umum PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU) mempersiapkan strategi investasi pada 2025 dengan tetap berfokus pada instrumen obligasi.

Direktur Keuangan dan Layanan Korporat Tugu Insurance, Emil Hakim, menjelaskan bahwa penempatan intrumen investasi terbesar untuk tahun ini tetap berada pada Surat Berharga Negara (SBN) dan obligasi. Dia menegaskan bahwa strategi ini tidak akan banyak berubah untuk tahun depan. 

“Masih sama [obligasi],” kata Emil saat ditemui beberapa waktu lalu. 

Untuk SBN, Emil mengungkapkan bahwa perusahaan menggunakan surat utang pemerintah dengan tenor lima tahun. Menurutnya, total return dari surat utang tersebut masih berada di atas rata-rata benchmark. Tugu Insurance memilih menghindari volatilitas pasar yang diperkirakan akan meningkat, terutama setelah aturan PSAK 109 berlaku penuh mulai 2025. Aturan ini akan membuat seluruh volatilitas instrumen keuangan, termasuk obligasi, langsung tercermin dalam laporan laba rugi.

Kan tahun depan berlaku PSAK 109 [selain PSAK 117], volatilitas itu kan sudah masuk ke laba rugi semua. Nggak bisa lagi disimpan,” kata Emil.

Meski demikian, Emil menekankan bahwa dampak terbesar dari aturan ini akan terasa pada instrumen saham. Namun, Tugu Insurance tetap mempertahankan sebagian investasi di saham, meskipun porsinya tidak besar. Emil menjelaskan bahwa perusahaan mengurangi eksposur di saham karena volatilitas yang cukup tinggi. 

“Makanya kan kami ngurangin di saham  sebenarnya. Tapi bukan berarti kami pull out semua. Karena kami masih melihat potensi saham itu masih ada, karena harga masih murah,” ungkapnya.

Dalam hal valuta asing, Tugu Insurance memilih untuk melakukan lindung nilai secara alami (natural hedging) dengan menyeimbangkan aset dan kewajiban dalam mata uang yang sama. Emil menambahkan bahwa perusahaan tidak berencana mengambil keuntungan dari fluktuasi nilai tukar, kecuali terdapat aset dalam bentuk valuta asing yang berlebih. 

“Kalau nggak lebih ya nggak. Misalnya kami jual semua US dollar kami, ya nanti liability-nya nggak ada pasangan. Nanti malah kena,” tambahnya.

Dalam laporan keuangan Tugu Insurance per November 2024, perusahaan mencatatkan jumlah investasi sebanyak Rp8,47 triliun. Jumlah investasi terdiri dari investasi SBN sebanyak Rp2,96 triliun, penyertaan langsung Rp1,89 triliun, deposito berjangka Rp1,55 triliun, surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia Rp964 miliar, obligasi korporasi Rp544 miliar, reksadana Rp435 miliar, dan saham Rp118 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Reni Lestari
Terkini