Bisnis.com, JAKARTA — Industri pembiayan atau multifinance mengalami naik turun dan berbagai dinamika sepanjang 2024, dipengaruhi beragam faktor mulai dari kebijakan pemerintah hingga kondisi ekonomi.
Kondisi tersebut direspons industri pembiayaan dengan beragam strategi untuk tetap menjaga kinerja pertumbuhan bisnis. Berikut adalah perkembangan industri multifinance sepanjang 2024.
Januari: OJK Rilis Modal Ventura Paling Jumbo
Mengawali tahun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis perusahaan modal ventura dengan outstanding pembiayaan paling besar pada periode Januari—November 2023. Pertama adalah PT Mitra Bisnis Keluarga Ventura (MBK Ventura) dengan total penyaluran Rp4,3 triliun. Berikutnya adalah PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) dengan total penyaluran Rp2,85 triliun. Urutan ketiga ada BRI Ventura Investama (BRI Ventures) dengan total penyaluran Rp1,58 triliun.
Sayangnya, industri modal ventura sepanjang 2024 mengalami rentetan penurunan penyaluran pembiayaan. Terbaru, pembiayaan modal ventura per Oktober mengalami kontraksi 5,55% (year on year/YoY) menjadi Rp16,32 triliun. Bila dilihat dari kinerja pembiayaan tiap bulannya, di sepanjang 2024 ini kontraksi paling besar adalah per April 2024, yang mengalami penurunan hingga 12,61% (YoY).
Februari: Perusahaan Leasing Panen SPK di IIMS 2024
Indonesia International Motor Show (IIMS) yang digelar pada 15—25 Februari 2024 menjadi stimulus perusahaan pembiayaan. Berkat pameran ini, perusahaan pembiaayaan panen Surat Pemesanan Kendaraan (SPK). Misalnya, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF) mencatatkan perkiraaan peningkatan pembiaayaan lebih dari 30% dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) melaporkan telah mendapat jumlah SPK sebanyak 2.561.
Maret: 20 Perusahaan Pembiayaan Dapat Sanksi OJK
OJK melaporkan selama Maret 2024 telah memberikan sanksi administratif kepada 20 perusahaan pembiayaan dan enam perusahaan modal ventura. Sanksi tersebut diberikan atas pelanggaran yang dilakukan terhadap Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang berlaku.
April: Akhir Restrukturisasi Kredit Perusahaan Pembiayaan
OJK menetapkan restrukturisasi kredit perusahaan pembiayaan berakhir pada 17 April 2024. Mulanya, restrukturisasi kredit multifinance dijadwalkan berakhir pada April 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan kebijakan tersebut tidak akan mempengaruhi Non Performing Financing (NPF) industri multifinance. Dia menyebut apabila kebijakan restrukturisasi dihentikan, maka NPF Gross diproyeksikan hanya akan sedikit terdampak yakni sekitar 2,48% sampai dengan 2,55%.
"Dengan demikian industri perusahaan pembiayaan dinilai telah cukup siap secara fundamental pada saat normalisasi kebijakan dilakukan," ungkap Agusman.
Mei: Paylater Tumbuh saat Ekonomi Lesu
Mei menjadi bulan dimulainya Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan beruntun pada tahun ini. Menariknya, beberapa ekonom menyebut kondisi ekonomi yang lesu ini menjadi stimulus positif pertumbuhan Buy Now Pay Later (BNPL) perusahaan pembiayaan yang konsisten mencetak pertumbuhan dua digit.
Pembiayaan BNPL perusahaan pembiayaan per Mei 2024 saat itu tumbuh 33,64% (YoY) jadi Rp6,81 triliun. Tren pertumbuhan ini terus belanjut. Terbaru, pembiayaan paylater oleh perusahaan pembiayaan tumbuh 63,89% (YoY) menjadi Rp8,41 triliun per Oktober 2024.
Juni: Emiten Multifinance Kompak Catat Penurunan Laba
Paruh pertama 2024 ini sejumlah emiten multifinance kompak cetak penurunan laba. Misalnya, PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) atau Clipan Finance mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp128,2 miliar atau turun 80,26% secara tahunan dari Rp649,6 miliar per Juni 2023. Sementara itu, PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) alias BFI Finance juga mencatatkan penurunan laba sebanyak 19,16% (YoY) dari Rp848,3 miliar per Juni 2023 menjadi Rp685 miliar.
Sementara itu, PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN) atau Mandala Finance mencatatkan penurunan 11,6% (YoY) menjadi Rp213,36 miliar pada semester I/2024 dari sebelumnya Rp241,54 miliar. Kemudian, Adira Finance atau PT Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp765 miliar pada Juni 2024. Angka tersebut turun 6,5% (YoY) dari perolehan laba perusahaan pada Juni 2023 sebesar Rp818 miliar.
Juli: Multifinance Bersiap Lunasi Obligasi Jatuh Tempo
Memasuki semester II 2024, sejumlah perusahaan multifinance yang memiliki obligasi jatuh tempo pada periode ini bersiap dengan mengalokasikan kas mereka. Misalnya, PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) menyiapkan Rp530 miliar untuk melunasi obligasi jatuh tempo pada 6 Agustus 2024. Corporate Communication Head BFI Finance Dian Ariffahmi mengungkap pelunasan tersebut berasal dari dana internal perusahaan perusahaan yang ditempatkan di rekening giro dan deposito dengan beberapa bank.
Seperti BFIN, PT Indomobil Finance Indonesia (IMFI) juga bersiap mengalokasikan kas internal perusahaan untuk melunasi obligasi jatuh tempo pada 19 November 2024. Obligasi Berkelanjutan IV Indomobil Finance Tahap II Tahun 2021 Seri B tersebut memiliki nilai emisi Rp52,8 miliar. Executive Board Indomobil Finance Gunawan Effendi mengatakan IMFI akan menggunakan kas internal yang berasal dari collection dan fasilitas kredit yang dimiliki.
Agustus: Penerbitan Obligasi Multifinance Turun Jadi Rp18,01 Triliun
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan obligasi oleh industri multifinance hingga Agustus 2024 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Total penerbitan obligasi pada Agustus 2024 tercatat sebesar Rp18,01 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan Rp25,90 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Ahmad Nasrudin, Analis Fixed Income Pefindo mengatakan banyak perusahaan multifinance memilih untuk memanfaatkan modal internal guna mendanai modal kerja karena dinilai lebih murah dibandingkan menerbitkan surat utang. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi tekanan terhadap profitabilitas perusahaan.
September: Leasing Dihantam Turunnya Kelas Menengah
Sejumlah perusahaan leasing bereaksi atas turunnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan setidaknya 9,4 juta penduduk kelas menengah telah turun kasta ke kelompok aspiring middle class selama 2019 sampai dengan 2024 menjadi 47,85 juta. Secara tahunan, jumlah kelas menengah juga turun dari 2023 yang sebanyak 48,27 juta orang.
Direktur Keuangan PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) atau WOM Finance, Cincin Lisa Hadi mengatakan ketika daya beli masyarakat menurun, kemampuan mereka untuk membayar angsuran menjadi terbatas dan akibatnya adalah risiko kredit macet semakin meningkat.
Sementara itu, Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman masih optimis penurunan jumlah penduduk kelas menengah tidak akan mempengaruhi kinerja pembiayaan perusahaan.
Oktober: Marak Akuisisi Multifinance oleh Investor Asing
Pada periode ini tren perusahaan multifinance diakuisisi oleh investor asing kian marak. Salah satunya Tez Capital and Finance yang resmi diakuisisi oleh perusahaan jasa keuangan asal Jepang, Business Partner Co., Ltd. Chairman dan Founder Tez Capital Arwin Rasyid mengonfirmasi bahwa akuisisi tersebut telah selesai, dengan Business Partner Co., Ltd. mengambil alih 85% saham, sementara 15% sisanya tetap dipegang Tez Capital. Pengumuman terkait dengan pengambilalihan Tez Capital sebelumnya juga dirilis di Harian Bisnis Indonesia edisi Senin, 20 Oktober.
November: OJK Rilis Roadmap LKM 2024—2028
OJK meluncurkan peta jalan atau Roadmap Pengembangan dan Penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) 2024—2028 pada Senin 25 November 2024. Agusman mengatakan roadmap ini memberikan panduan strategis para pemangku kepentingan di industri LKM.
Roadmap ini dibagi menjadi tiga fase, pertama (2024—2025) fokus penguatan pondasi dan konsolidasi, kedua (2026—2027) fokus penciptaan momentum pertumbuhan LKM, dan fase ketiga (2028) fokus pada mendorong LKM terus bertumbuh dan memiliki basis konsumen yang kuat.
Desember: Multifinance Bersiap Sambut Opsen Pajak 2025
Sejumlah perusahaan pembiayaan merespons kebijakan opsen pajak kendaraan yang mulai dipungut 5 Januari 2025. Opsen pajak ini akan menjadi beban tambahan konsumen di daerah, dan dikhawatirkan menurunkan penjualan kendaraan. Padahal, penyaluran pembiayaan kepada sektor otomotif masih mendominasi portofolio multifinance.
Head of Corporate Secretary and Legal Mandiri Utama Finance Elisabeth Lidya Sirait mengatakan MUF bersiap menebar promo bunga murah dan cicilan terjangkau pada tahun depan. Meski begitu, target pembiayaan baru MUF tahun depan tetap ditingkatkan menjadi Rp25 triliun dibanding Rp22 triliun yang jadi target tahun ini.
Sementara itu, Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman mengatakan opsen pajak kendaraan akan melengkapi sejumlah tantangan multifinance tahun depan. Meski begitu CNAF juga mematok target pembiayaan baru lebih tinggi pada 2025 nanti, yakni Rp9,5 triliun dibanding Rp9 triliun yang jadi target 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel