Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sektor hunian dapat menjadi alternatif pasar yang potensial bagi perusahaan pembiayaan atau multifinance ketika sektor otomotif sedang lesu.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman mengatakan potensi tersebut didorong oleh adanya kebijakan Presiden Prabowo berupa program pembangunan tiga juta rumah.
"Dengan adanya program pemerintah pembangunan tiga juta rumah, tentu saja akan memberikan peluang yang besar bagi industri perusahaan pembiayaan untuk menopang yang selama ini fokusnya lebih banyak ke sektor otomotif. Jadi, sekarang ada alternatif baru yang juga jauh lebih potensial," kata Agusman dalam konferensi pers OJK, Selasa (14/1/2025).
Agusman menjelaskan regulasi yang dibuat OJK saat ini telah mengakomodir keterlibatan multifinance untuk memberikan pembiayaan di sektor hunian. Regulasi tersebut antara lain seperti Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 35 Tahun 2018 dan POJK Nomor 46 Tahun 2024.
Dia menerangkan, regulasi tersebut memuat ketentuan yang memberikan kesempatan multifinance untuk dapat memberikan pembiayaan untuk pembelian rumah toko (ruko), apartemen dan rumah kantor (rukan) baik yang baru maupun bekas, serta pembiayaan alat berat untuk pembangunan perumahan.
"Di November 2024 terdapat 50 perusahaan pembiayaan yang telah menyalurkan [pembiayaan] ke objek-objek terkait perumahan seperti rumah tinggal, ruko, rukan dan apartemen," ujarnya.
Menurutnya dengan adanya program pembangunan tiga juta rumah ini, ditambah permintaan akan hunian terus meningkat, industri multifinance akan memiliki peluang untuk bisa memperluas portofolio mereka di sektor hunian sehingga bisa menjadi segmen potensial bagi industri, baik pada 2025 ini hingga tahun-tahun mendatang.
"Pembiayaan alat berat juga diperkirakan akan terdampak positif dengan adanya program tiga juta rumah karena kebutuhan alat berat sangat diperlukan seperi untuk pengelolaan lahan, pembangunan infrastruktur pendukung dan konstruksi," katanya.
Di sisi lain, Agusmen menyadari ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi perusahaan pembiayaan dalam memberikan pembiayaan ke sektor hunian. Pertama, menurutnya perusahaan pembiayaan perlu mengantisipasi risiko kredit macet dengan melakukan penilaian kredit secara baik.
Kedua, menurutnya perusahaan pembiayaan perlu meningkatkan sumber pendanaan dengan mencari alternatif sumber pendanaan yang dapat mendukung pembiayaan perumahan secara efektif dan aman.
Ketiga, diperlukan diversifikasi portofolio pembiayaan, mitigasi risiko terkait agunan hingga edukasi kepada debitur sebagai langkah penting untuk menjaga keberlanjutan operasional dan keberhasilan program tiga juta rumah ini.
"Bagaimana dengan masalah mengatasi tantangan keterbatasan modal, perusahaan pembiayaan didorong untuk meningkatkan sinergi dan kerja sama antara lain dengan PT SMF dan BP Tapera dalam rangka penyediaan sumber dana murah jangka panjang untuk mendukung penyaluran pembiayaan ke sektor perumahan olah perusahaan pembiayaan," pungkasnya.
Seperti diketahui, saat ini industri otomotif menjadi kontributor utama dalam portofolio pembiayaan oleh multifinance, yakni sebesar 70% dari total pembiayaan industri multifinance.
Sementara bila menilik kinerja pasar otomotif, total penjualan mobil secara wholesales sepanjang 2024 lalu tercatat sebesar 865.723 unit atau mengalami kontraksi 13,9% secara year-on-year (YoY) dari periode sama 2023 sebesar 1.005.802 unit.
Pada tahun ini pun pasar otomotif diprediksi tetap akan menantang dengan adanya kebijakan PPN 12% dan opsen pajak kendaraan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel