Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah kejatuhan e-commerce Tanah Air, broker asuransi online (insurtech) Igloo optimistis dapat meningkatkan bisnis asuransi mikro melalui platform digital direct-to-consumer (D2C).
Head of D2C Igloo Delta Andreansyah mengatakan rendahnya adopsi asuransi di Indonesia disebabkan oleh berbagai tantangan seperti aksesibilitas, keterjangkauan, dan kurangnya transparansi informasi. Meski demikian, Igloo melihat peluang besar dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap manajemen keuangan dan perlindungan risiko, terutama melalui asuransi mikro yang terjangkau dan mudah diakses.
“Mereka semakin sadar akan risiko, memiliki literasi keuangan yang lebih baik, dan terdorong untuk mengamankan masa depan mereka,” kata Delta tentang arah usaha perusahaan pada Minggu (19/1/2025).
Igloo sendiri memasarkan sejumlah produk asuransi sederhana seperti asuransi hewan peliharaan, rawat jalan, hingga asuransi kecelakaan diri.
“Kami melihat adanya basis pelanggan kuat yang mulai memiliki pemahaman yang lebih baik akan kebutuhan manajemen keuangan, termasuk perlindungan dari risiko keuangan,” kata Delta.
Pendekatan ini memungkinkan Igloo menjangkau segmen masyarakat yang sebelumnya tidak diasuransikan, sekaligus mempersempit kesenjangan akses ke perlindungan keuangan. Selain melalui D2C, Igloo juga mengandalkan kolaborasi dengan sejumlah perusahaan teknologi keuangan lain yang memungkinkan pelanggan untuk membeli produk asuransi dengan lebih mudah dan cepat.
“Kami optimis karena kami memiliki semua saluran yang dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan kami, terutama melalui platform D2C kami,” jelas Delta.
Sebelumnya, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat kanal digital atau e-commerce hanya memberikan kontribusi 0,09%, atau Rp81,9 miliar dari total pendapatan premi asuransi jiwa di semester I/2024 sebesar Rp88,49 triliun.
Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko dan GCG Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Fauzi Arfan mengatakan peran insurance technology (insurtech) di industri asuransi jiwa sebagai salah satu kanal penerimaan premi memang menjadi semakin penting. Namun, Fauzi menyadari bahwa kontribusinya saat ini masih dianggap belum optimal. Pihaknya melihat ada beberapa tantangan yang mengahambat pertumbuhan insurtech, yakni seperti literasi keuangan yang masih rendah hingga perlunya regulasi yang mendukung inovasi.
"Oleh karena itu, pengembangan ekosistem yang lebih baik, serta kolaborasi antara perusahaan asuransi tradisional dan insurtech dianggap penting untuk memperkuat posisi insurtech di pasar asuransi jiwa," kata Fauzi kepada Bisnis, Rabu (24/10/2024).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel