Bisnis.com, JAKARTA — PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) mengungkap pengguna layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z per November 2024.
Generasi milenial merupakan kelompok demografi yang lahir di antara tahun 1981 hingga 1996, sementara gen Z kelahiran 1997 sampai dengan 2012.
“Kalau dari sisi pengguna, pengguna itu yang paling banyak memakai itu gen Z dan gen milenial,” kata Direktur Utama IdScore, Tan Glant Saputrahadi, dalam Media Gathering yang digelar di Jakarta pada pekan lalu (16/1/2025).
Glant merinci bahwa gen milenial (1981–1996) menjadi penyumbang penguna terbesar dengan kontribusi sebanyak 48,27%. Kemudian gen Z (1997–2012) dengan kontribusi pengguna sebanyak 39,94%. Lalu ada gen X yang merupakan kelahiran 1965–1980 berkontribusi 11,35%. Adapun jumlah debitur BNPL mencapai total sebanyak 16,5 juta.
Sementara itu jumlah fasilitas kredit yang diberikan kepada 16,5 juta debitur tersebut mencapai Rp48,4 juta per Oktober 2024. Rata-rata per debitur paylater menggunakan tiga fasilitas kredit.
Dari sisi tujuan transaksi, Glant mengatakan bahwa paling banyak dugunakan untuk transaksi lainnya contohnya untuk QRIS 41,9%, pembelian e-commerce 33%, pembelian tiket atau hotel 21,1%, hingga pembelian langsung di toko (HP/eletronik) 4%.
Secara total, portofolio kredit BNPL mencapai sebanyak Rp35,14 triliun per November 2024. Angka tersebut meningkat sebanyak 24,53% apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Meskipun penyaluran kredit BNPL terus meningkat, IdScore mencatat penurunan tingkat risiko kredit macet atau non performing loan (NPL). Dari sebelumnya 6,66% menjadi 3,21% per November 2024.
IdScore mencatat faktor -faktor yang menurunkan NPL antara lain masuknya bank umum ke industri BNPL, di mana memiliki pengelolaan kredit dan kepemilikan data transaksi lebih baik. Kemudian peningkatan kualitas dari Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI), di mana skema loan channelling dari bank turut mengubah risk assessment.
Glant mengatakan bahwa penyelesaian kredit macet dari BNPL di LPBBTI yang cukup signifikan yakni dari Rp1,24 triliun menjadi Rp0,55 triliun. Faktor lainnya yakni penerapan regulasi BNPL yang lebih ketat, seperti pembatasan usia minimum, status pernikahan dan penghasilan minimum
“Terakhir, kesadaran dari pengguna terhadap resiko kredit paylater,” kata Glant.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel