Bisnis.com, JAKARTA— PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) atau Clipan Finance mencatat penyaluran kredit alat berat senilai Rp470 miliar sampai dengan akhir 2024.
Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo mengatakan penyaluran kredit alat berat mengalami penurunan kurang lebih 12% apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya
“Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah terjadinya fluktuasi harga komoditas,” kata Harjanto kepada Bisnis, pada Selasa (21/1/2025).
Kendati demikian, Harjanto optimistis bahwa permintaan alat berat diperkirakan akan mengalami peningkatan tahun ini. Hal tersebut tentunya mendorong pertumbuhan permintaan kredit alat berat.
Harjanto yakin kebijakan pemerintah terkait hilirisasi dan infrastruktur memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan volume pembiayaan alat berat pada 2025.
Serta dapat menciptakan iklim bisnis yang menguntungkan untuk pertumbuhan perusahaan dalam pembiayaan alat berat.
“Prospek pembiayaan alat berat pada 2025, khususnya dalam mendukung sektor yang terdampak hilirisasi, diperkirakan akan meningkat karena proses hilirisasi membuka peluang baru dalam meningkatkan nilai ekonomi yang lebih tinggi,” katanya.
Namun yang pasti, lanjut Harjanto, Clipan Finance tetap akan memprioritaskan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan alat berat. Selain itu, strategi perusahaan untuk menangkap peluang pembiayaan alat berat adalah dengan mengutamakan pembiayaan kepada debitur utama serta memperluas coverage cabang.
“Tentunya dengan tetap memprioritaskan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan melalui peningkatan kompetensi sumber daya manusia,” katanya.
Penurunan pembiayaan Clipan Finance tampaknya turun seiring dengan penurunan produksi alat berat sejak awal kuartal tahun 2024. Bahkan berdasarkan data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) produksi alat berat terus menurun pada periode Januari— September 2024.
Angka produksi pada periode tersebut mencapai sebanyak 5.138 unit yang mana turun 17,77% secara tahunan (year on year/yoy) yakni 6.248 unit.
Ketua Umum Hinabi Giri Kus Anggoro menyebut tren pasar alat berat di Indonesia fluktuatif dipengaruhi oleh harga-harga komoditas dan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur.
Selain itu, pasar alat berat di Indonesia cenderung konservatif wait and see dalam menyikapi kegiatan politik, terutama pada Pilpres 2024 dan kondisi ekonomi/geopolitik global yang belum membaik.
Kondisi ini juga disertai maraknya penggunaan alat berat impor terutama merek China yang membuat persaingan pasar alat berat di Indonesia kian ketat. Hal tersebut yang menjadi biang kerok pada penurunan produksi alat berat dalam negeri pada kuartal pertama dan kedua tahun ini.
Kendati demikian, pemulihan produksi pada kuartal ketiga ini dinilai menjadi tanda bahwa aktivitas produksi akan terus tumbuh mengingat kebutuhan alat berat masih cukup tinggi terutama di sektor tambang, agro, kehutanan maupun konstruksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel