Ekonom Kritisi Ambisi OJK Bidik Target Tinggi Pembiayaan P2P Lending

Bisnis.com,23 Jan 2025, 14:47 WIB
Penulis: Akbar Maulana al Ishaqi
Ilustrasi P2P Lending. /Freepik.com

Bisnis.com, BANDUNG – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah membuat peta jalan industri fintech P2P lending. Targetnya adalah mendorong penyaluran pembiayaan P2P lending mencapai 50-70% dari total pembiayaan pada 2028.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda melihat target tersebut masih jauh panggang daripada api. Sampai dengan November 2024, pembiayaan P2P lending ke segmen produktif baru sekitar 30%.

Itu pun, sebanyak 21 penyelenggara P2P lending dengan TWP90 di atas 5% didominasi oleh mereka yang fokusnya di sketor produktif. Kondisi ini disebut membuat pembiayaan produktif untuk saat ini tidak menguntungkan bagi P2P lending.

"Ini sangat terkait dengan dua hal. Pertama adalah tekanan ekonomi domestik yang menyebabkan sektor usaha tertekan. Kedua adalah dari sisi pengukuran kredit yang saya rasa tidak cukup valid," kata Huda, Rabu (22/1/2025).

Huda melihat saat ini pemerintah gencar sekali mendorong pinjaman P2P lending ke sektor produktif. Namun dia menyayangkan industri P2P lending belum siap melakukan penilaian kredit dengan matang. Pada akhirnya, P2P lending seolah menyalurkan kepada sektor produktif tetapi tidak berkualitas.

"Ini yang menyebabkan gagal bayar cukup tinggi. Jika terus terjadi hal yang demikian, maka sangat tidak memungkinkan mengejar ke angka 70% untuk penyaluran ke sektor produktif. Walaupun saya pribadi juga tidak setuju dengan tujuan tersebut karena yang saya tekankan adalah kualitas penyalurannya," jelas Huda.

Kala wacana pembiayaan produktif terus digaungkan, Huda justru khawatir arah pembiayaan P2P lending berbalik arah. Dengan pembiayaan produktif yang dianggap kurang menguntungkan bagi perusahaan, menurutnya secara natural memang pemain P2P lending akan berpindah ke pembiayaan konsumtif. Dalam catatannya, penyaluran kredit ke badan usaha atau sektor produktif memiliki gagal bayar lebih tinggi.

"Dengan perbaikan kualitas penyaluran saya rasa lender akan melirik ke sektor produktif. Tapi jika seperti saat ini, susah bagi mereka melirik sektor produktif, terutama lender ritel/individu," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini