Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) alias BCA membeberkan tren biaya dana atau cost of fund perseroan usai Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan (BI Rate) ke angka 5,75% belum lama ini.
CoF adalah bunga yang dibayarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk deposito.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memaparkan bahwa tren biaya dana di perusahaannya cukup stabil karena bunga simpanan baik deposito maupun giro dan tabungan cenderung dipertahankan.
“Meskipun BI Rate turun, mungkin kita tidak perlu serta-merta menurunkan bunga simpanan,” katanya dalam konferensi pers kinerja keuangan 2024 secara virtual, Kamis (23/1/2025).
Menurutnya, hal tersebut berkaitan dengan pertimbangan perseroan mengenai kebutuhan operasional lainnya, seperti kondisi likuiditas, penyaluran kredit, biaya operasional, hingga investasi.
Jahja menjelaskan, selain iklim suku bunga, terdapat instrumen lain yang dapat menjadi tolok ukur likuiditas perbankan seperti Surat Berharga Negara (SBN).
Dengan adanya instrumen tersebut, nasabah kini memiliki opsi lebih untuk penempatan dana yang mereka miliki. Hal ini menjadi salah satu perhitungan BCA dalam mentransmisikan kebijakan bank sentral.
“Kalau itu gap-nya masih cukup besar, maka bank juga enggak berani serta-merta menurunkan suku bunga untuk depositonya. Apalagi bank-bank yang memang membutuhkan likuiditas pasti enggak akan berani menurunkan time deposit, karena resikonya nasabah akan pindah ke government bond atau ke bank lain,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, BCA beserta entitas anak usaha melaporkan laba bersih sepanjang 2024 senilai Rp54,8 triliun.
Realisasi ini tumbuh 12,7% secara tahunan (year on year/YoY). Pada 2023, emiten bank dengan ticker BBCA ini membukukan laba bersih senilai Rp48,6 triliun.
Dari fungsi intermediasi, bank milik Grup Djarum ini telah penyaluran kredit yang senilai Rp922 triliun atau tumbuh 13,8% YoY hingga Desember 2024.
Pendanaan alias dana pihak ketiga (DPK) BCA juga masih tumbuh 2,9% YoY hingga mencapai Rp1.134 triliun. Dana murah atau CASA menjadi salah satu penopang pertumbuhan ini dengan persentase 4,4% menjadi Rp924 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel