Inflasi Terus Rendah, Pemangkasan BI Rate Berpotensi Terjegal Rupiah

Bisnis.com,03 Feb 2025, 17:34 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Inflasi yang terkendali dan nilai tukar rupiah yang stabil menjadi dua hal yang masuk dalam pertimbangan Bank Indonesia sebelum memutuskan untuk menurunkan, menaikkan, maupun menahan suku bunga acuan BI Rate setiap bulannya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi inflasi Januari 2025 secara bulanan mengalami deflasi sebesar 0,76% sementara secara tahunan mengalami inflasi 0,76%.

Capaian tersebut pun tercatat sebagai deflasi bulanan terdalam sejak Agustus 1999 dan inflasi tahunan terendah sejak Januari 2000 yang lalu.

Kebijakan diskon tarif listrik 50%—yang terekam dalam komponen inflasi harga diatur pemerintah—yang ditetapkan pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai kompensasi kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%, menjadi penyebab utama rendahnya Indeks Harga Konsumen (IHK) tersebut.

Meski inflasi melandai, namun komponen inflasi inti dan harga bergejolak atau Volatile Food (VF) mencatatkan kenaikan yang signfikan. Bahkan VF mencapai rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir di level 1,97% (MtM).

Di tengah tren inflasi yang terus melandai dan terkendali, membuka ruang pemangkasan suku bunga acuan BI Rate. Sayangnya, situasi rupiah cenderung melemah, terlebih perang dagang baru saja dimulai dan membuat dolar AS semakin kuat.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang menyampaikan per 1 Februari 2025 lalu, Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif terhadap Kanada (25%), Meksiko (25%), dan Tiongkok (10%), yang meningkatkan ketegangan perdagangan dan menyebabkan rupiah melemah melebihi Rp16.400 per dolar AS.

Menurutnya, Bank Indonesia (BI) kemungkinan tidak akan melakukan intervensi secara signifikan, dengan fokus pada daya saing rupiah. Pasalnya, tekanan inflasi dapat meningkat karena biaya impor bahan pokok meningkat.

"Dengan meningkatnya inflasi domestik dan volatilitas rupiah, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan BI Rate pada level 5,75% dalam pertemuan tanggal 18—19 Februari 2025, sejalan dengan sikap The Fed," tuturnya, Senin (3/2/2025).

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto menyampaikan dengan penguatan indeks dolar atau DXY yang hampir ke angka 110, memberikan sinyal mata uang non-dolar AS khususnya mata uang emerging market sebagian besar mengalami pelemahan.

Dengan kata lain, pelemahan rupiah bukan karena fundamental, namun karena penguatan dolar AS yang juga menekan mata uang di negara emerging market lainnya.

Edi tidak dapat membagikan proyeksinya terkait sampai kapan volatilitas rupiah akibat Trump akan berlangsung. Satu hal yang menjadi fokus baginya, yakni menjaga investor tetap confidence di pasar domestik.

"Tentu dalam kondisi demikian yang penting adalah menjaga market confidence pasar dengan menjaga keseimbangan supply demand valas di pasar dan menjaga sentimen pasar domestik tetap kondusif. Tentu BI akan berada dipasar untuk menjaga market confidence tersebut," ujarnya kepada Bisnis, Senin (3/2/2025).

Melihat Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025, Gubernur BI Perry Warjiyo memutuskan untuk menurunkan BI Rate dari 6% menjadi 5,75%.

Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5%±1%, terjaganya nilai tukar rupiah—meski di level Rp16.300-an per dolar AS—yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, Perry memastikan bahwa Bank Indonesia akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasarannya dan nilai tukar yang sesuai fundamental, dengan tetap mencermati ruang untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan nasional.

"Kami mencermati masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Waktunya tentu saja sesuai dinamika yang terjadi di global dan nasional," tuturnya, Rabu (15/1/2025). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Wibi Pangestu Pratama
Terkini