Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan indeks harga konsumen pada Januari 2025 mengalami inflasi sebesar 0,76% secara tahunan. Meski inflasi masih landai, tetapi ekonom meragukan Bank Indonesia mempunyai banyak ruang untuk menurun suku bunga acuan alias BI Rate ke depan.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang menjelaskan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memberlakukan tarif 25% terhadap produk impor Kanada dan Meksiko, serta 10% terhadap produk impor China.
Akibatnya, terjadi perang dagang yang berdampak negatif ke nilai tukar rupiah. Oleh sebab itu, dia meyakini Bank Indonesia (BI) tidak akan memiliki ruang penurunan suku bunga yang siginifikan.
BI, sambungnya, akan lebih fokus memperbaiki kurs rupiah ke depan. Tak hanya itu, Hosianna juga melihat inflasi juga dapat meningkat seiring naiknya biaya impor bahan pokok
"Dengan meningkatnya inflasi domestik dan volatilitas rupiah, Bank Indonesia diprediksi akan mempertahankan suku bunga di 5,75% pada pertemuan 18—19 Februari," ujar Hosianna dalam keterangannya, Senin (3/2/2024).
Senada, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menjelaskan melandainya inflasi pada Januari 2025 disebabkan diskon tarif listrik. Kendati demikian, sambungnya, diskon tarif listrik akan berakhir pada Maret 2025 sehingga inflasi kembali akan naik kembali.
Secara keseluruhan, Josua pun memproyeksikan tingkat inflasi mencapai sekitar 2,33% pada akhir tahun 2025. Proyeksi tersebut meningkat dari 1,57% pada akhir tahun 2024.
Sekalipun inflasi cenderung terkendali hingga akhir 2025, namun Josua melihat BI tidak akan serta merta menurunkan suku bunga acuan. Menurutnya, ketidakpastian kondisi global membuat BI punya ruang kecil menurunkan suku bunga.
"BI juga perlu mempertimbangkan perkembangan nilai tukar rupiah yang akan banyak dipengaruhi oleh sentimen global baik dari kebijakan Trump terkait tarif impor, perlambatan ekonomi Tiongkok serta, ketidakpastian geo politik global terutama di Timur Tengah," jelas Josua kepada Bisnis, Senin (3/2/2025).
Sebagai informasi, Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa inflasi tahunan pada bulan pertama pada tahun ini lebih rendah dari bulan sebelumnya atau Desember 2024 yang sebesar 1,57% akibat deflasi bulanan. Pada Januari 2025, BPS mencatat ekonomi Indonesia mengalami deflasi 0,76%.
Capaian inflasi tahunan ini bahkan jauh lebih rendah dibandingkan Januari 2024 jauh. Pasalnya inflasi Januari 2024 mencapai 2,61% yoy.
“Inflasi 0,76% didorong kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan laju inflasi 3,69% dan memberikan andil sebesar 1,07%,” ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/2/2025).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel