Bisnis.com, JAKARTA — Ketika daya beli lesu, alternatif pembiayaan non bank yang menawarkan kemudahan dan kecepatan pelayanan menjadi pilihan masyarakat mendapat pinjaman. Peluang ini salah satunya dapat ditangkap oleh perusahaan gadai.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menjelaskan ceruk pasar tersebut tidak hanya diburu bisnis gadai, tapi juga dimanfaatkan peluangnya oleh lembaga jasa keuangan non bank lainnya seperti fintech peer to peer (P2P) lending, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) hingga jasa Buy Now Pay Later (BNPL) perusahaan pembiayaan.
Menurut Huda, selama masih banyak masyarakat yang belum terlayani oleh jasa perbankan, permintaan untuk industri keuangan non bank akan tetap meningkat.
"Terlebih jika memang permintaan pembiayaan masih tinggi karena ada faktor pengungkit, seperti daya beli lemah, PHK, ataupun hari raya tertentu. Permintaan industri keuangan non bank [IKNB] akan tetap positif, termasuk gadai," kata Huda kepada Bisnis, Selasa (4/2/2025).
Dalam persaingan di dalam ekosistem keuangan non bank tersebut Huda melihat perusahaan pergadaian punya poin plus tersendiri. Menurutnya, bisnis gadai termasuk yang menawarkan pembiayaan dengan proses cepat.
"Mereka asalkan ada barang yang ingin digadaikan, prosesnya tidak akan lama. Secara industri pun, lebih aman dibandingkan pinjaman tanpa jaminan. Ada barang yang dijadikan agunan dan bernilai kurang lebih sama dengan nominal pembiayaan. Permintaan meningkat, penawaran juga meningkat, peluang untuk tumbuh tetap tinggi," tegas Huda.
Namun, lanjut huda, prospek bisnis gadai ini tidak lepas dari tantangan yang harus dihadapi antara lain adalah risiko gagal bayar yang berujung pada penumpukan barang gadai. Ketika terjadi penumpukan barang gadai dan terlampau banyak, nilai barang tersebut akan turun.
"Otomatis tidak akan menarik lagi bagi nasabah untuk menggadaikan barangnya di [layanan] gadai. Jika pun masih digadaikan, pinjamannya akan lebih rendah. Mereka bisa pindah ke yang lain, terutama ke LKM ataupun pinjaman daring [P2P lending]," pungkasnya.
Jika menilik lembaga jasa keuangan non bank lainnya yang menyalurkan pinjaman dengan segmentasi yang mirip pergadaian, rata-rata juga mengalami pertumbuhan positif. Misalnya, pada industri P2P lending mencatat outstanding pembiayaan per November 2024 tumbuh 27,32% (YoY) dengan nominal sebesar Rp75,60 triliun.
Selanjutnya, untuk pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) oleh perusahaan pembiayaan mengalami pertumbuhan pembiayaan 61,90% yoy menjadi Rp8,59 triliun. Sementara itu, penyaluran pinjaman Lembaga Keuangan Mikro per Agustus 2024 naik tipis 3% (YoY) menjadi Rp1,03 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel