Intip Target Pertumbuhan Laba CIMB Niaga Finance (CNAF) 2025

Bisnis.com,06 Feb 2025, 11:07 WIB
Penulis: Pernita Hestin Untari
Karyawan di kantor PT CIMB Niaga Auto Finance atau CIMB Niaga Finance (CNAF). JIBI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) tetap optimistis dapat mencapai target pertumbuhan laba pada 2025 di tengah tren penurunan industri per Oktober 2024. 

Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman mengatakan perusahaan menargetkan laba sebelum pajak (PBT) sebesar Rp550 miliar pada 2025, meningkat 7,8% secara tahunan dari Rp510 miliar pada 2024.

 “CNAF sangat optimistis dapat mencapai target-target yang telah ditetapkan di tahun 2025 ini. Meski kondisi ekonomi Indonesia dan perekonomian global dibayangi ketidakpastian sebagai imbas dari berbagai ketegangan yang masih berlangsung,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (6/2/2025).

Sebagai langkah antisipasi, CNAF akan tetap menjalankan bisnis dengan prinsip kehati-hatian serta memperketat proses know your customer (KYC) untuk memitigasi risiko dan memastikan pertumbuhan yang positif dan berkelanjutan.

Dalam menjalankan strategi bisnisnya, CNAF akan tetap fokus menyalurkan pembiayaan kendaraan baru, bekas, serta kendaraan ramah lingkungan. Perusahaan juga akan mengoptimalkan pembiayaan dana tunai atau refinancing

“Selain itu, CNAF juga akan melakukan diversifikasi produk yakni menjajaki untuk pembiayaan emas di tahun 2025 ini,” ungkapnya.

Optimisme CNAF muncul di tengah tren penurunan laba industri multifinance. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba bersih setelah pajak perusahaan multifinance turun 3,53% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi Rp18,72 triliun per Oktober 2024, dari Rp19,41 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan ini terjadi akibat lonjakan beban yang mencapai Rp90,18 triliun, naik 17,27% yoy dari Rp76,9 triliun. Beban operasional menjadi penyumbang utama kenaikan, membengkak menjadi Rp89,11 triliun atau meningkat 16,77% yoy dari Rp76,25 triliun pada Oktober 2023.

Namun, dari sisi pendapatan, perusahaan multifinance mencatatkan pertumbuhan 12,57% yoy, mencapai Rp114 triliun dari Rp101,3 triliun pada tahun sebelumnya.

Dalam hal pembiayaan, pembiayaan multiguna masih menjadi segmen utama dengan nilai Rp50,19 triliun, tumbuh 7,55% yoy. Pembiayaan investasi naik 18,4% menjadi Rp24,62 triliun, sementara pembiayaan modal kerja mencapai Rp7,74 triliun, meningkat 4,64% yoy. Pembiayaan syariah juga mencatat lonjakan signifikan sebesar 59,12% yoy menjadi Rp7,8 triliun.

Dari sisi aset, total aset perusahaan multifinance mencapai Rp582 triliun per Oktober 2024. Kualitas kredit yang diukur berdasarkan Non Performing Financing (NPF) masih berada dalam batas aman, yakni 2,6%, jauh di bawah ambang batas OJK sebesar 5%.

Namun, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) meningkat menjadi 79,25% dari sebelumnya 76,39% pada Oktober 2023, menunjukkan efisiensi operasional industri multifinance yang menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Nurhadi Pratomo
Terkini