Mutiara Songket dari Aceh, Alat Tenun Tunggal ke Omzet Ratusan Juta dengan Digital

Bisnis.com,07 Feb 2025, 12:00 WIB
Penulis: Annasa Rizki Kamalina
Pekerja menunjukkan cara membuat tenun songket di Aceh./Bisnis - Annasa

Bisnis.com, BANDA ACEH — Bermula dari satu alat tenun pada 1977, Mutiara Songket berdiri dengan hanya menghasilkan dua set kain setiap bulan. Menggunakan harga saat ini, setidaknya sang pemilik mengantongi Rp4 juta setiap bulan.

Putri Atika, anak pemilik sekaligus penerus Mutiara Songket bercerita bahwa orang tuanyalah yang memulai usaha tenun dan menghasilkan songket dengan motif khas Aceh.

Empat puluh satu tahun berlalu, atau pada 2018, Bank Indonesia (BI) hadir dengan Program Sosial BI (PSBI)—umumnya dikenal sebagai program CSR—mengadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan penenun dalam hal kualitas hingga kuantitas.

"Di situlah BI memberikan fasilitas bagi kami untuk menambahkan sembilan alat tenun. Jadi, dari situ kami mengembangkan usaha sampai sekarang bisa bertahan," ujar Putri kepada awak media, Kamis (6/2/2025).

Hasilnya, kini Mutiara Songket memiliki 10 penenun dan mampu menghasilkan hingga 20 set kain per bulan, yang dibuat seluruhnya secara manual tanpa mesin. Per set dijual dengan harga mulai dari Rp2 juta hingga Rp3 jutaan.

Sebagai generasi kedua penerus usaha keluarga, Putri menyampaikan bahwa pelatihan dari BI tidak berhenti sampai di situ. Pada 2023, BI kembali mengadakan pelatihan motif hingga penggunaan benang katun.

Bukan hanya meningkatkan produksi, modernisasi alat pembayaran berupa digitalisasi melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) juga turut membantu UMKM binaan BI tersebut saat mengikuti kegiatan seperti Karya Kreatif Indonesia (KKI) dan Inacraft.

Sebelumnya, omzet Rp100 juta per tahun, kini melalui kemudahan transaksi tersebut, pendapatan bruto meningkat 200% menjadi Rp300 juta dalam satu tahun.

Bahkan, salah satu kainnya dengan motif Bungong Kupula telah terbang bersama Ariel Tatum di Paris Fashion Week.

Sayangnya, Putri mengungkapkan bahwa saat ini para penenun merupakan orang tua, dan belum ada generasi muda yang meneruskan.

“Banyak yang belum berminat. Harapannya ke depan ada sanggar pelatihan dan penerus Mutiara Songket,” ungkapnya.

Kenaikan transaksi yang dialami Mutiara Songket sejalan dengan pertumbuhan pesat transaksi digital melalui QRIS, yang menjadi salah satu pendorong peningkatan kinerja keuangan digital sebesar 36,1% (year on year/YoY) sepanjang 2024.

Volume transaksi QRIS meningkat hingga 175% (YoY), sementara secara nominal tumbuh 166%.

Sebelumnya, Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), Filianingsih Hendarta, menjelaskan bahwa pada 2024 realisasi volume mencapai 6,24 miliar transaksi dari target 2,5 miliar. Sementara itu, target pengguna sebanyak 55 juta orang berhasil tercapai dengan jumlah 55,4 juta orang.

"Tahun 2025 ini, untuk volume kami targetkan 6,5 miliar transaksi, untuk pengguna 58 juta orang, lalu merchant-nya 40 juta," jelas Fili beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini