Harga Saham Bank Kompak Anjlok, Bos BRI Fokus Jaga Fundamental

Bisnis.com,12 Feb 2025, 10:25 WIB
Penulis: Reyhan Fernanda Fajarihza
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) Sunarso/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Saham perbankan kompak berada dalam zona merah belakangan ini. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) Sunarso pun ikut memberikan tanggapan terkait dengan pergerakan saham perbankan.

Sebagai informasi, saham bank-bank mayoritas berada dalam tren penurunan. Misalnya BBRI meski ditutup menguat 1,01% ke level 4.010 pada perdagangan Selasa (11/2/2025), tetapi dalam sepekan terakhir melemah di kisaran level 2,67% hingga pukul 10.00 WIB pada perdagangan hari ini.

Jika ditarik lebih mundur, secara year to date (Ytd) BBRI melemah 4,75% dan secara tahunan (year on year/YoY) turun 33,44%.

Tak hanya BRI, pelemahan saham juga dialami oleh saham Bank Mandiri (BMRI) yang turun 9,49% dalam sepekan terakhir. Secara YtD dan tahunan saham bank BUMN ini melemah sebesar 16,07% dan 30,85%.

Bank BUMN lainnya yang masuk ke top 4, yaitu Bank Negara Indonesia (BBNI) mencatatkan penurunan saham sebesar 6,89%. Untuk periode YtD dan YoY, pelemahan tercatat sebesar 8,71% dan 29,58%.

Saham bank swasta terbesar di Indonesia, Bank Central Asia (BBCA) juga ikut mengalami penurunan harga saham. Dalam sepekan terakhir harga saham BBCA turun tipis 0,28%, sedangkan secara YtD melemah 8,59% dan YoY turun 7,65%.

Menanggapi kinerja saham perbankan tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan penurunan harga saham tidak hanya dialami oleh BBRI sendiri. Namun, juga dialami oleh bank-bank yang masuk ke kategori big cap atau yang memiliki kapitalisasi pasar besar.

"Ini masalah pasar dan BRI tidak bisa sendirian membangun pasar. Saya, sebagai CEO, akan lebih fokus mengerjakan hal-hal yang under control," ujarnya dalam Paparan Kinerja Kuartal IV/2024 BRI, Rabu (12/2/2025).

Menurutnya, dia akan fokus untuk menjaga fundamental perusahaan dengan baik melalui tiga strategi. Pertama, tetap bekerja menggerakkan tim agar sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG)

Kedua, disiplin menerapkan risk management, terlebih di tengah situasi yang penuh tantangan, tetapi harus tetap tumbuh dengan baik dan berkelanjutan. "Ketiga, dari situ akan didapatkan resiliensi performa," ujar Sunarso.

Dia menambahkan apabila perusahaan telah menjaga fundamental, tetapi pasar tidak merespons dengan baik, maka hal ini bisa dikatakan masalah tidak terletak pada fundamental perusahaan. "Kalau respons pasar tidak baik, bukan masalah fundamental," jelasnya.

Adapun, BRI mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp60,64 triliun pada 2024. Capaian laba konsolidasi ini terdiri dari laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp60,15 triliun, serta laba untuk kepentingan nonpengendali Rp488,92 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan BRI yang terbit di Bisnis Indonesia hari ini, Rabu (12/2/2025), BRI melaporkan laba untuk bank-only 2024 mencapai Rp54,84 triliun, tumbuh dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp53,15 triliun.

Dengan capaian ini, laba per saham BRI pada tahun 2024 mencapai Rp399, berbanding Rp398 pada tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini