Rapor Cuan BRI (BBRI) Sepanjang 2024

Bisnis.com,12 Feb 2025, 11:00 WIB
Penulis: Reyhan Fernanda Fajarihza
Menara Brilian dari Bank BRI./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA— PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mengumumkan kinerja sepanjang tahun 2024 dengan capaian laba bersih konsolidasi sebesar Rp60,64 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan BRI yang terbit di harian Bisnis Indonesia, Rabu (12/2/2025), capaian laba ini naik 0,82% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp60,15 triliun. Adapun laba untuk bank-only BRI di 2024 mencapai Rp54,84 triliun, tumbuh 3,18% YoY dari Rp53,15 triliun.

Dengan capaian ini, laba per saham BRI pada tahun 2024 mencapai Rp399, berbanding Rp398 pada tahun sebelumnya. Dikutip dari laporan keuangan yang sama, pendapatan konsolidasi BRI mencapai Rp145,3 triliun, naik 4,1% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari Rp139,56 triliun.

Pendapatan ini ditopang dari bunga yang mencapai Rp199,26 triliun, naik 9,96% dari posisi 2023 yang mencapai Rp181,21 triliun. Meski demikian, pada saat yang sama terjadi lonjakan beban bunga seiring kebijakan BI Rate Bank Indonesia. Tercatat, beban bunga konsolidasi sebesar Rp57,2 triliun atau naik 30,59% YoY dari Rp43,81 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh penyaluran kredit yang selektif dan tetap berfokus pada UMKM. 

“Resiliensi atau ketangguhan kinerja keuangan BRI sepanjang tahun 2024 dicapai di tengah tantangan ekonomi global yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik serta tantangan likuiditas bagi industri perbankan,” katanya dalam paparan kinerja keuangan BRI 2024 secara daring, Rabu (12/2/2025).

Dalam periode 2024, BRI tercatat memiliki outstanding kredit sebesar Rp1.354,64 triliun. Dari jumlah ini, kredit yang disalurkan ke usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mencapai Rp1.110,37 triliun atau sekitar 82% dari total kredit yang disalurkan.

Menurut Sunarso, pertumbuhan penyaluran kredit tersebut juga diikuti dengan perbaikan kualitas kredit, tecermin dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang turun dari 2,95% pada 2023 menjadi 2,78% pada 2024.

Realisasi itu mendorong capaian aset BRI menjadi sebesar Rp1.993 triliun, tumbuh 1,42% YoY. 

Dari sisi simpanan, BRI berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.365 triliun. Dana murah atau CASA (current account saving account) masih mendominasi portofolio dengan porsi 67,3%.

“Ini setara dengan Rp919 triliun dana masyarakat yang dihimpun oleh BRI dalam bentuk tabungan dan giro,” tuturnya.

Dalam materi paparannya, BBRI menyebutkan bahwa perusahaan gagal mencapai target pertumbuhan kredit dan biaya kredit.

BBRI menutup tahun 2024 dengan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 7% YoY atau lebih rendah dari target 10% hingga 12% YoY. Kemudian, biaya kredit perusahaan mencapai 3,23% dari target maksimal 3%.

Di sisi lain, perusahaan mampu mengakhiri tahun 2024 dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) sebesar 7,74% atau sejalan dengan target 7,6% hingga 8%. Lalu, perusahaan mencapai NPL 2,78% atau sesuai dengan target, yakni kurang dari 3%. Terakhir, cost-to-income ratio (CIR) perusahaan mencapai 41,59% atau sesuai dengan target 41% hingga 42%.

Saham BBRI

Harga saham BBRI terpantau stabil pada perdagangan Rabu (12/2/2025) usai pengumuman kinerja perseroan. Pada pukul 10.48, saham BBRI stagnan di posisi Rp4.010 setelah sebelumnya dibuka melemah di posisi Rp3.960 per saham.

Meskipun begitu, sejak awal tahun saham BBRI masih melemah 4,75% dan secara YoY masih turun sebesar 33,44%.

Sunarso menyatakan penurunan harga saham tidak hanya dialami oleh BBRI sendiri. Namun, juga dialami oleh bank-bank yang masuk ke kategori big cap atau yang memiliki kapitalisasi pasar besar.

"Ini masalah pasar dan BRI tidak bisa sendirian membangun pasar. Saya, sebagai CEO, akan lebih fokus mengerjakan hal-hal yang under control," ujarnya.

Menurutnya, dia akan fokus untuk menjaga fundamental perusahaan dengan baik melalui tiga strategi. Pertama, tetap bekerja menggerakkan tim agar sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG)

Kedua, disiplin menerapkan risk management, terlebih di tengah situasi yang penuh tantangan, tetapi harus tetap tumbuh dengan baik dan berkelanjutan. "Ketiga, dari situ akan didapatkan resiliensi performa," ujar Sunarso.

Dia menambahkan apabila perusahaan telah menjaga fundamental, tetapi pasar tidak merespons dengan baik, maka hal ini bisa dikatakan masalah tidak terletak pada fundamental perusahaan. "Kalau respons pasar tidak baik, bukan masalah fundamental," jelasnya.

Dikutip dari Bloomberg, konsensus analis disebut memberikan proyeksi positif terkait prospek saham BBRI. Dari 36 sekuritas, sebanyak 32 atau 88,9% di antaranya merekomendasikan buy, 3 lainnya merekomendasikan hold, sedangkan 1 merekomendasikan sell.

Target harga rerata saham BBRI adalah Rp5.356,86 dalam 12 bulan ke depan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini