Dapen BCA Incar Hasil Investasi 6-8% pada 2025

Bisnis.com,13 Feb 2025, 12:20 WIB
Penulis: Akbar Maulana al Ishaqi
Pekerja beraktivitas di dekat logo milik PT Bank Central Asia Tbk di Jakarta. Bank Central Asia (BCA) adalah pendiri dari Dapen BCA./Bisnis - Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) BCA alias Dapen BCA tahun ini menargetkan hasil investasi sebesar 6-8%. 

Direktur Utama Dapen BCA Budi Sutrisno menjelaskan target tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi pasar keuangan yang dinamis dan tren suku bunga. 

"Target ini menunjukkan pendekatan yang lebih konservatif, mengingat adanya tekanan dari peningkatan pembayaran pensiun yang lebih besar dibandingkan penerimaan iuran," kata Budi kepada Bisnis, Rabu (12/2/2024).

Sebagai perbandingan, return on investment (ROI) dana pensiun DPPK PPIP per Desember 2024 sebesar 6,99%.

Adapun sepanjang 2025 ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan aset dana pensiun sebesar 9-11%. Aset dana pensiun ini termasuk dana pensiun wajib seperti Taspen, Asabri dan BPJS Ketenagakerjaan.

Sementara untuk dana pensiun sukarela, DPPK Iuran Pasti (PPIP) dan Manfaat Pasti (PPMP) serta Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), kinerja pertumbuhan asetnya per akhir 2024 hanya sebesar 3,8% year on year (yoy), masih jauh dari target pertumbhuhan OJK di tahun ini. 

Bila dibedah, pertumbuhan aset khusus untuk DPPK PPIP per Desember 2024 sebesar 4,3% yoy, juga masih di bawah target OJK tahun ini. Capaian pada 2024 tersebut dinilai oleh Budi akan berulang di tahun ini mengingat adanya tantangan soal banyaknya peserta pensiun. 

"Untuk DPPK seperti Dapen BCA, pertumbuhan di tahun 2025 diperkirakan akan sejalan dengan pertumbuhan di 2024, di mana beberapa Dana Pensiun menghadapi tantangan akan banyaknya peserta yang memasuki masa pensiun," jelasnya.

Budi mengatakan, salah satu tantangan terbesar bagi Dapen BCA sendiri adalah meningkatnya jumlah peserta yang memasuki masa pensiun, yang menyebabkan pembayaran manfaat pensiun lebih besar dibandingkan penerimaan iuran. Hal ini dapat memberikan tekanan pada pertumbuhan aset dan keseimbangan keuangan dana pensiun.

Selain meningkatnya beban manfaat pensiun, Budi menjelaskan tantangan lainnya yang dihadapi DPPK di 2025 ini adalah adanya fluktuasi suku bunga yang bisa mempengaruhi nilai investasi, volatilitas pasar yang disebabkan oleh ketidakpastian global seperti kebijakan moneter, perang, dan fluktuasi harga komoditas yang berimbas pada nilai aset investasi dana pensiun.

Di sisin lain, beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan DPPK menurutnya antara lain adalah potensi penurunan suku bunga. Jika tren penurunan suku bunga terjadi, menurutnya bisa meningkatkan nilai obligasi dalam portofolio investasi dan mendorong investasi ke aset berisiko seperti saham. Selain itu, apabila inflasi terkendali juga akan memberikan kepastian dalam pengelolaan portofolio jangka panjang.

"Potensi lainnya adalah window dressing akhir tahun. Potensi kenaikan pasar saham menjelang akhir tahun bisa memberikan peluang bagi dana pensiun untuk meningkatkan hasil investasi," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Anggara Pernando
Terkini