Jaga Stabilitas Ekonomi, BI Perkuat Lima Area Utama Kebijakan Pada 2025

Bisnis.com,21 Feb 2025, 13:44 WIB
Penulis: Media Digital
Foto: Jaga Stabilitas Ekonomi, BI Perkuat Lima Area Utama Kebijakan Pada 2025

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan perekonomian dan pasar keuangan global pada 2025 akan terus menghadapi tantangan seiring meningkatnya ketidakpastian geopolitik global. 

Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dengan kebijakan America First-nya menambahi ketegangan geopolitik yang sudah terjadi sebelumnya antara Rusia dan Ukraina serta Israel dan Palestina.

Bank Indonesia menilai terpilihnya kembali Presiden Trump di Amerika Serikat dapat membawa perubahan besar pada lanskap geopolitik dan perekonomian dunia. “Tarif tinggi dan bahkan perang dagang, ketegangan geopolitik, disrupsi rantai pasok dagang, serta fragmentasi ekonomi dan keuangan berpeluang menjadi tantangan ekonomi ke depan,” nilai Bank Indonesia.

Bank Indonesia menilai lima tren ekonomi global yang perlu diwaspadai. Pertama, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat (slower and divergent growth) menjadi 3,1% pada 2025 dan 3,0% pada 2026.

Kedua, tekanan inflasi global berpotensi kembali meningkat (re-emergence inflation pressures) akibat gangguan rantai pasok dan perang dagang. Ketiga, suku bunga AS (Fed Fund Rate) diperkirakan tetap tinggi dengan penurunan yang lebih terbatas dari ekspektasi pasar.

Keempat, dolar AS diprakirakan menguat (strong dollar), yang dapat memberikan tekanan pada nilai tukar global. Kelima, kebijakan Invest in America berpotensi meningkatkan aliran modal asing dari negara berkembang ke AS.

Meski demikian, Bank Indonesia optimistis dengan prospek ekonomi Indonesia dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan berada pada kisaran 4,8-5,6%, dan meningkat ke rentang 4,9-5,7% pada 2026.

"Pertumbuhan ini didukung oleh konsumsi pemerintah, konsumsi swasta, investasi, dan kinerja ekspor yang tetap kuat," jelasnya.

Inflasi diprakirakan tetap terkendali dalam rentang sasaran 2,5±1% pada 2025 dan 2026, didukung konsistensi kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Bank Indonesia juga akan terus menjaga nilai tukar Rupiah agar tetap stabil sejalan dengan fundamental ekonomi yang terjaga. Stabilitas eksternal tetap terjaga dengan neraca pembayaran yang sehat dan cadangan devisa yang terus meningkat. Pertumbuhan kredit juga diproyeksikan mencapai 11-13% pada 2025 dan 2026.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, BI memperkuat sinergi kebijakan transformasi ekonomi nasional di lima area utama. Mulai dari penguatan stabilitas makroekonomi, mendorong permintaan domestik, peningkatan produktivitas, pendalaman keuangan, hingga digitalisasi sistem pembayaran.

Kebijakan moneter akan tetap fokus pada stabilitas dengan tetap mencermati ruang untuk mendorong pertumbuhan (pro-stability and growth). Sementara itu, Bank Indonesia mengarahkan kebijakan makroprudensial untuk mendukung pertumbuhan (pro growth).

Di sektor sistem pembayaran, BI menargetkan pengembangan New BI-FAST dan modernisasi BI-RTGS. Inovasi QRIS ditargetkan mencapai 58 juta pengguna dengan 40 juta merchant, didukung perluasan kerja sama QRIS antarnegara.

Untuk pendalaman pasar uang dan valas, kebijakan diarahkan untuk mewujudkan pasar uang yang modern dan berstandar internasional dengan merujuk pada Blueprint Pendalaman Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (BPPU) 2025-2030.

Bank Indonesia juga mendorong pengembangan UMKM dan ekonomi hijau melalui Karya Kreatif Indonesia (KKI) serta pengembangan ekonomi keuangan syariah khususnya makanan halal dan modest fashion untuk mewujudkan ekonomi inklusif dan hijau.

Bank Indonesia tetap optimistis tetapi tetap waspada. Kunci keberhasilan terletak pada sinergi dalam memperkuat stabilitas dan transformasi ekonomi nasional di tengah tantangan global yang berlanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Media Digital
Terkini