Bisnis.com, JAKARTA — Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75% dinilai dapat mempengaruhi pemulihan daya beli masyarakat dan industri pembiayaan secara keseluruhan.
Chief Financial Officer (CFO) Adira Finance Sylvanus Gani mengatakan bahwa industri pembiayaan saat ini masih menghadapi tekanan akibat dinamika ekonomi yang berlangsung.
“Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga atau pilihan menurunkannya, dapat mempengaruhi pemulihan daya beli masyarakat dan industri pembiayaan secara keseluruhan, yang saat ini cukup mengalami tekanan atau pelemahan,” kata Gani kepada Bisnis, pada Selasa (25/2/2025).
Menurutnya, suku bunga acuan BI juga menjadi sinyal penting bagi perbankan dalam menetapkan suku bunga kredit, yang merupakan sumber utama pendanaan bagi industri pembiayaan.
Oleh karena itu, Adira Finance selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam menetapkan suku bunga pinjaman, termasuk tingkat persaingan di pasar, likuiditas perbankan, serta kondisi pasar modal.
Untuk mengantisipasi dinamika suku bunga, Gani mengatakan Adira Finance menerapkan strategi diversifikasi sumber pendanaan.
Salah satu langkahnya adalah melalui dukungan pembiayaan bersama dengan perusahaan induknya, Bank Danamon, serta memperoleh pendanaan eksternal seperti pinjaman bank dan penerbitan obligasi. Langkah ini dilakukan untuk memastikan pendanaan yang optimal guna mendukung pertumbuhan bisnis.
Di tengah tantangan ekonomi, Adira Finance juga terus berupaya menjaga profitabilitas dengan berbagai inisiatif strategis. Perusahaan melakukan ekspansi bisnis secara selektif ke daerah dengan potensi tinggi, memperkuat bisnis non-otomotif seperti produk multiguna (Solusi Dana), serta meningkatkan kerja sama dengan dealer dan mitra strategis.
“Serta memperkuat kolaborasi dengan grup untuk meningkatkan customer base, dan terus meningkatkan customer retention melalui penawaran yang lebih baik serta perbaikan proses, seiring dengan inisiatif untuk memperbaiki struktur biaya agar lebih bersaing dengan melakukan proses digitalisasi,” kata Gani.
Pada 2024, Adira Finance mencatat pembiayaan baru senilai Rp36,6 triliun. Angka tersebut mengalami koreksi 12% apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Penurunan tersebut seiring dengan pelemahan sektor otomotif dan kondisi ekonomi yang menantang. Saat ini pembiayaan yang dilayani Adira Finance meliputi kendaraan baru, kendaraan bekas dan dana tunai.
Sementara itu, Adira Finance menargetkan pembiayaan baru untuk kendaraan baru tahun ini bisa bertumbuh sebanyak 12%–15%. Target pembiayaan untuk kendaraan baru tersebut lebih tinggi target yang dipasang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk keseluruhan pembiayaan multifinance sebesar 8%-10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel