Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo akan meresmikan bullion bank alias bank bulion pertama di Indonesia pada hari ini, Rabu (26/2/2025). Dengan adanya bank yang menjalankan kegiatan usaha bulion, aset negara dalam logam mulia itu diproyeksikan naik hingga Rp166 triliun.
Menurut eks Danjen Kopassus ini, bank emas akan memberikan solusi untuk pengelolaan cadangan emas dalam negeri, sehingga Indonesia dapat mengoptimalkan potensi sumber daya alamnya.
"Selama ini kita tidak punya bank untuk emas kita. Emas kita banyak ditambang dan mengalir ke luar negeri. Kami ingin sekarang memiliki bank khusus untuk emas di Indonesia," ujarnya saat mengumumkan rencana peluncuran bank emas di Istana Merdeka, Senin (17/2/2025).
Lebih lanjut, terdapat dua entitas yang telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjalankan kegiatan usaha bulion. Pertama adalah PT Pegadaian yang mendapatkan izin pada 6 Januari 2025, sedangkan yang kedua adalah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI pada 12 Februari 2025.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae sebelumnya menilai bahwa kegiatan usaha tersebut dapat memaksimalkan nilai tambah dari sumber daya emas yang ada di Tanah Air, baik dari hasil tambang maupun dari stok emas yang dimiliki masyarakat.
“Usaha bulion berpotensi meningkatkan konsumsi emas ritel yang akan memacu peningkatan industri emas dan keseluruhan bisnis dalam ekosistem emas yang mewadahi, dengan tambahan value added hingga sebesar Rp30-50 triliun,” katanya dalam jawaban tertulis Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan, Selasa (24/12/2024).
Sementara itu, PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) memproyeksikan potensi yang lebih tinggi dari bank emas Indonesia. HRTA membeberkan total nilai bisnis emas di Indonesia saat ini berada di angka Rp482,6 triliun.
Hitung-hitungan itu berasal dari nilai industri hulu sebesar Rp126,83 triliun, nilai industri tengah sebesar Rp235,6 triliun, dan nilai industri hilir sebesar Rp114,5 triliun.
Dengan kehadiran bullion bank, HRTA berpendapat bakal terjadi peningkatan produksi emas di dalam negeri yang bisa mengerek produk domestik bruto (PDB) nantinya.
Berdasarkan hitung-hitungan HRTA, potensi permintaan bulion dari institusi keuangan Indonesia minimal bisa mencapai Rp166,28 triliun. HRTA berdasar pada asumsi 1% dari nilai aset dapat dialokasikan untuk membeli bulion.
Meski demikian, mimpi bank emas ini masih dibayangi Indonesia masih impor logam kuning berkilau itu. Nilainya bahkan mencapai US$5 miliar atau setara Rp32,64 triliun (asumsi kurs Rp16.322 per dolar AS) per tahun. Di sisi lain, RI mengekspor emas senilai Rp81,61 triliun per tahun.
Impor emas yang dilakukan tak lepas dari Indonesia yang masih berada di bawah rantai emas global.
"Indonesia berada di ujung rantai emas meskipun memiliki cadangan emas dan produksi emas yang tinggi," demikian bunyi riset PT Hartadinata Abadi Tbk itu.
Data tersebut juga membeberkan bahwa Indonesia memiliki 120 lokasi penambangan emas skala kecil dengan total lebih dari 1 juta penambang. Sementara untuk industri perhiasan Indonesia memiliki 83 perusahaan besar dan 36.000 perusahaan skala kecil.
"Kurangnya pembiayaan bagi pelaku industri emas menyebabkan ketergantungan pada bank hub/bursa emas di luar negeri," tertulis lebih lanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel