Bisnis.com, JAKARTA – Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) BCA alias Dapen BCA tahun ini menargetkan hasil investasi sebesar 6-8% di tengah fluktuasi pasar saham.
Budi Sutrisno, Direktur Utama Dapen BCA menjelaskan pihaknya menyiapkan strategi menyesuaikan dengan kondisi pasar modal dalam berinvestasi. Strategi diversifikasi portofolio dengan menyeimbangkan investasi di instrumen yang aman, seperti obligasi pemerintah serta instrumen dengan potensi imbal hasil lebih tinggi seperti saham blue-chip dan obligasi korporasi berkualitas menjadi langkah yang dipilih perusahaan.
"Selain itu, Dapen BCA juga memastikan pengelolaan risiko yang baik untuk mengantisipasi volatilitas pasar akibat faktor makroekonomi dan geopolitik. Alokasi aset ditinjau secara berkala agar tetap selaras dengan perkembangan pasar dan regulasi," kata Budi kepada Bisnis, Senin (3/3/2025).
Budi menegaskan bahwa faktor likuiditas juga menjadi perhatian utama, yakni dengan penempatan sebagian portofolio dialokasikan ke instrumen likuid guna memastikan kewajiban jangka pendek dapat terpenuhi tanpa mengganggu investasi jangka panjang.
Dia melanjutkan, hal-hal yang akan menjadi tantangan bagi dana pensiun di 2025 antara lain berupa volatilitas pasar akibat ketidakpastian global, termasuk dampak dari kondisi geopolitik, kebijakan moneter dan fluktuasi harga komoditas. Selain itu, potensi perubahan regulasi dana pensiun menurutnya juga dapat berpengaruh pada strategi investasi.
Sebaliknya, faktor-faktor yang dilihat Dapen BCA menjadi peluang pada 2025 ini adalah penurunan suku bunga yang berpotensi meningkatkan nilai obligasi dan mendorong investasi ke aset berisiko seperti saham. Selain itu, stabilitas inflasi menurutnya akan memberikan kepastian dalam pengelolaan portofolio jangka panjang.
"Potensi window dressing di akhir tahun dapat menjadi katalis positif bagi pasar saham dalam jangka pendek," tegasnya.
Untuk kondisi Dapen BCA terkini, Budi menjelaskan portofolio investasi tetap terdiversifikasi dengan fokus utama pada instrumen fixed income. Budi menegaskan bahwa penurunan nilai saham di pasar tidak serta-merta mengurangi jumlah portofolio, namun lebih pada penyesuaian nilai pasar yang bersifat fluktuatif.
"Dapen BCA tetap optimis bahwa pasar saham memiliki peluang pemulihan ke depan, sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi dan prospek investasi yang lebih baik," pungkasnya.
Seperti diketahui, kinerja IHSG sepanjang 2024 yang mengalami kontraksi sebesar 2,65% turut diikuti dengan merosotnya investasi saham oleh dana pensiun. Data OJK mencatat portofolio investasi DPPK Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) di saham per Desember 2024 turun 13,63% YoY menjadi Rp15,99 triliun, sementara di DPPK PPIP juga turun 8,80% YoY menjadi Rp6,32 triliun dan di Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) juga turun 5,51% YoY menjadi Rp2,52 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel