Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir 2024 mengalami kontraksi sebesar 2,65%. Kontraksi tersebut turut diikuti dengan merosotnya investasi saham oleh dana pensiun.
Asesor Kompetensi LSP Dana Pensiun Syarif Yunus menjelaskan bagaimana dampak pasar saham yang turun tersebut terhadap dana pensiun di Indonesia.
"Tentu berpengaruh untuk memproyeksi aset kelolaan di dana pensiun, karena itu dibutuhkan kehati-hatian untuk dana pensiun bila memilih saham. Khususnya DPLK tidak terlalu pengaruh karena peserta yang memilih saham tidak terlalu banyak," kata Syarif kepada Bisnis, Senin (3/3/2025).
Dengan kondisi pasar modal yang demikian, Syarif menilai dana pensiun akan mengambil strategi investasi dengan memperkuat alokasi pada instrumen pendapatan tetap yang stabil.
Selain itu, menurutnya dana pensiun juga perlu mitigasi risiko investasi yang ada, di samping tetap perlu memantau peluang dari portofolio yang sifatnya jangka panjang.
"Mungkin pada 2025 ini dana pensiun masih mengandalkan investasi di pendapatan tetap dan obligasi pemerintah," pungkasnya.
Adapun statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat portofolio investasi Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) di saham per Desember 2024 turun 13,63% YoY menjadi Rp15,99 triliun.
Penurunan serupa juga terlihat di DPPK PPIP, di mana portofolio investasinya di saham turun 8,80% YoY menjadi Rp6,32 triliun. Sementara, untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), portofolio investasinya di saham juga turun 5,51% YoY menjadi Rp2,52 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel