Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan asuransi jiwa PT Asuransi Ciputra Indonesia (Ciputra Life) menargetkan total investasi lebih dari Rp1 triliun hingga akhir tahun 2025.
CEO Ciputra Life Hengky Djojosantoso mengungkapkan bahwa strategi investasi tahun ini masih akan berorientasi pada pasar obligasi dan peluang di saham yang mengalami koreksi harga.
"Strategi investasi kami pada 2025 masih fokus ke pasar obligasi, terutama obligasi pemerintah, dan secara selektif masuk ke dalam obligasi korporasi dengan rating di atas investment grade dan berfundamental baik," kata Hengky kepada Bisnis pada Selasa (4/3/2025).
Hengky menambahkan, perusahaan juga selalu mencermati pergerakan dan dinamika di pasar saham, serta melihat kesempatan untuk masuk ke saham-saham dengan fundamental baik yang telah mengalami koreksi harga cukup tajam.
Hengky melihat bahwa prospek investasi Ciputra Life pada tahun ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan domestik. Meskipun sentimen negatif dapat memberikan dampak jangka pendek, perusahaan tetap optimistis terhadap pemulihan fundamental pasar dalam jangka panjang.
"Sentimen-sentimen negatif, baik yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri, secara umum pasti akan mempengaruhi pergerakan pasar dalam jangka pendek," katanya.
Namun demikian, lanjut Hengky, secara jangka panjang, pada saat kondisi global dan perekonomian pulih kembali, faktor fundamental akan kembali berpengaruh terhadap pergerakan pasar.
Sepanjang 2024, total investasi Ciputra Life mencapai Rp816,6 miliar, dengan instrumen obligasi pemerintah sebagai dominasi utama senilai Rp412 miliar. Hasil investasi perusahaan pada 2024 mencapai Rp39,25 miliar, tumbuh 29% dibandingkan tahun sebelumnya.
Di sisi lain, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total aset industri asuransi jiwa meningkat 0,7% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp616,75 triliun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang hanya 0,3%. Sementara itu, total investasi industri mencapai Rp541,40 triliun, naik 0,2% YoY.
Salah satu pertumbuhan investasi terbesar berasal dari Surat Berharga Negara (SBN), yang meningkat 11,9% dengan total kontribusi Rp205,03 triliun. Angka tersebut mencakup 37,9% dari total investasi perusahaan. Sementara itu, investasi di saham dan reksa dana masing-masing berkontribusi sebesar 24,7% dan 12,9% dari total portofolio investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel