Bisnis.com, JAKARTA – Industri fintech P2P lending dalam periode 2024 lalu sempat menorehkan rugi setelah pajak berturut-turut dalam tiga bulan pertama, meskipun akhirnya bisa menutup tahun dengan kinerja laba positif.
Berbeda dengan kinerja 2024, industri P2P lending diprediksi di tahun ini bisa sapu bersih setiap bulan berjalan dengan torehan laba positif.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menjelaskan rentetan kerugian di awal 2024 disebabkan oleh industri beradaptasi dengan penyesuaian bunga pinjaman yang signifikan berubah.
"Tren tersebut berdasarkan pada penyesuaian suku bunga atau manfaat di awal tahun 2024 yang pasti butuh penyesuaian. Pada saat itu, terjadi peralihan suku bunga manfaat dari 0,4% menjadi 0,3%. Pasti harus ada pergeseran-pergeseran beban agar imbal hasil kepada lender juga bisa dikurangi," kata Huda kepada Bisnis, Senin (10/3/2025).
Usai mencatat kerugian beruntun, industri P2P lending mulai April mencatat laba positif, dan trennya terus meningkat sampai akhir tahun. Menurut Huda, industri mampu menghasilkan laba karena penurunan beban yang cukup signifikan, terutama beban untuk menarik lebih banyak lender agar pembiayaan bisa lancar.
Berbeda dengan tahun lalu, Huda melihat di awal 2025 ini tidak terjadi perubahan suku bunga atau nilai manfaat yang signifikan. Menurutnya, penyesuaian bunga pinjaman daring hanya pada pinjaman bertenor lebih dari enam bulan. Di sisi lain, dengan karakteristik peminjam di industri P2P lending ini adalah tenor pendek, Huda merasa penyesuaian bunga ini tidak akan menyebabkan kerugian di awal tahun.
Seperti diketahui, OJK menetapkan mulai 1 Januari 2025 bunga pinjaman konsumtif tenor sampai dengan enam bulan sebesar 0,3% per hari, dan tenor lebih dari enam bulan 0,2% per hari. Sementara itu, untuk pinjaman produktif usaha mikro dan ultra mikro tenor sampai dengan enam bulan sebesar 0,275%, dan untuk tenor lebih dari enam bulan sebesar 0,1%. Kemudian, untuk pinjaman produktif kelas kecil dan menengah baik tenor sampai dengan enam bulan maupun lebih sebesar 0,1%.
"Kecuali ada fenomena yang tidak diprediksi sebelumnya, saya melihat tahun 2025 bisa untung sepanjang tahun," pungkasnya.
Berdasarkan data OJK, per Januari 2024 lalu industri P2P lending mencatatkan rugi setelah pajak sebesar Rp135,61 miliar. Kerugian tersebut beruntun dialami industri sepanjang kuartal I 2024. Kerugian tersebut masing-masing adalah sebesar Rp135,61 miliar pada periode Januari 2024, rugi Rp97,56 miliar periode Februari dan rugi Rp27,32 miliar pada periode Maret.
Industri kemudian sukses membalikkan kerugian menjadi laba pada periode April 2024, dari rugi sebesar Rp27,32 miliar menjadi laba Rp172,84 miliar. Laba ini terus meningkat hingga per Desember 2024 industri P2P lending menutup tahun dengan laba setelah pajak sebesar Rp1,65 triliun, melesat 245% year on year (YoY) dibandingkan laba setelah pajak sebesar Rp478,15 miliar per Desember 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel