Bisnis.com, JAKARTA — Tren pembiayaan saat Ramadan diperkirakan mengalami pertumbuhan signifikan, dengan proyeksi kenaikan double digit sekitar 12%–15%. Meski demikian, secara tahunan pertumbuhan industri pembiayaan diperkirakan hanya sekitar 8%.
Praktisi dan pengamat industri pembiayaan, Jodjana Jody, mengatakan bahwa kenaikan ini merupakan faktor musiman yang selalu terjadi menjelang Lebaran. Namun, setelah Ramadan berakhir, pembiayaan cenderung mengalami perlambatan.
“Ini seasonal factor dan akan turun di bulan April karena jumlah hari kerja juga dan slower purchasing pattern setelah Lebaran,” kata Jodjana saat dihubungi Bisnis pada Rabu (12/3/2025).
Jodjana menambahkan bahwa tren musiman ini sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan di industri otomotif, yang menjadi pendorong utama. Setelah sempat melemah pada Januari, industri otomotif mulai menunjukkan peningkatan pada Februari.
Berdasarkan data, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) penjualan mobil menunjukkan peningkatan pada Februari 2025.
Adapun total penjualan mobil secara wholesales pada Februari 2025 tercatat sebesar 72.295 unit atau naik 2,2% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 70.772 unit.
Sementara itu, penjualan ritel turun tipis 0,8% YoY menjadi 69.872 unit pada Februari 2025, dibandingkan 70.420 unit pada periode yang sama 2024.
Di tengah tren tersebut, Jodjana melihat bahwa perusahaan multifinance akan terus berlomba memberikan dukungan kredit. Namun, segmen mobil kategori A atau Low Cost Green Car (LCGC) masih menghadapi tantangan, terutama karena sensitivitas konsumennya terhadap uang muka (DP) serta profil risiko yang lebih tinggi.
Menurut Jodjana, untuk menjaga kualitas portofolio pembiayaan di tengah lonjakan permintaan, multifinance harus menerapkan protokol risiko yang ketat dan mengukur risk appetite dengan baik.
“Untuk jaga NPL [Non Performing Loan] maka multifinance harus memberlakukan risk protocol yang baik dan juga mengukur risk appetite untuk menjaga portofolionya. Bila NPL masih baik, biasanya akan lebih agresif men-support penjualan LCGC ini, karena marketnya yang cukup besar, sekitar 20% dari pasar otomotif nasional,” katanya.
Lebih lanjut, Jodjana menilai bahwa industri multifinance tidak perlu melakukan relaksasi khusus selama musim Lebaran karena hal ini sudah menjadi siklus tahunan yang biasa dihadapi. Dia menekankan yang penting adalah perkuat komunikasi dengan konsumen agar cicilan bisa tepat waktu.
“Restrukturisasi pun biasa dilakukan dengan sangat hati-hati, khususnya dengan melihat kondisi konsumen apakah benar membutuhkan itu atau benar-benar sudah default dan mesti diselesaikan,” katanya.
Di sisi lain, pembiayaan syariah juga semakin menjadi salah satu pilar penting dalam industri ini, seiring dengan meningkatnya permintaan. “Customer sudah lebih mudah mendapatkan pelayanan syariah di berbagai multifinance sekarang,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel