Taktik Bank Menjala Dana Murah saat Likuiditas Mahal

Bisnis.com,19 Mar 2025, 09:41 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika & Reyhan Fernanda Fajarihza
Ilustrasi simpanan dana murah di bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri perbankan menerapkan sejumlah strategi dalam menjaring dana murah di tengah suku bunga simpanan yang masih relatif tinggi.

Dalam laporan Analisis Uang Beredar BI, pada Januari 2025 suku bunga deposito perbankan terdapat kenaikan untuk beberapa tenor dibandingkan dengan bulan sebelumnya meskipun pada awal tahun ini BI Rate turun sebesar 25 bps menjadi 5,75%.

Suku bunga deposito pada tenor 3 bulan dan 6 bulan meningkat, masing-masing menjadi sebesar 5,57% dan 6,01% setelah pada Desember 2024 masing-masing sebesar 5,55% dan 5,97%.

Kemudian, suku bunga simpanan tenor 1 bulan dan 12 bulan tercatat sebesar 4,82% dan 5,16%, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,87% dan 5,17%. Sementara itu, suku bunga simpanan tenor 24 bulan sebesar 4,32% relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Mahalnya likuiditas juga terlihat dari perlambatan kinerja sejumlah bank, yang dipengaruhi oleh kenaikan beban bunga dan perlambatan pendapatan bunga bersih bank sepanjang tahun lalu. Perbankan pun berupaya untuk menggenjot dana murah melalui sejumlah strategi.

Bank Mega Syariah, misalnya, menargetkan porsi dana murah atau current account saving account (CASA) terhadap total dana pihak ketiga (DPK) dapat mencapai kisaran 40% hingga akhir 2025.

Direktur Bisnis Bank Mega Syariah Rasmoro Pramono Aji mengatakan porsi dana murah atau CASA terhadap total DPK mencapai 34,01% per akhir 2024. Jumlah tersebut tumbuh dibandingkan posisi 2023 pada kisaran 29,8%.

"Pertumbuhan CASA untuk 2024 itu 14,13% secara year on year [yoy]," katanya di Jakarta, dikutip Minggu (16/3/2025).

Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) Bank Mega Syariah mencapai Rp9,96 triliun atau meningkat 2,82% yoy.

Rasmoro mengatakan untuk mencapai target pertumbuhan CASA, perusahaan akan fokus dalam memperluas penetrasi pasar dan meningkatkan pertumbuhan bisnis melalui strategi Business to Business to Consumer (B2B2C).

Dia menuturkan, perusahaan akan mengembangkan ekosistem produk dan layanan perusahaan secara optimal secara end-to-end. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan kemudahan akses perbankan syariah bagi seluruh segmen nasabah.

"Kita ingin betul-betul tumbuh secara berkualitas, Karena ini pesaingnya bukan hanya bank syariah, tetapi juga bank konvensional," katanya.

Direktur Utama Bank Mega Syariah Yuwono Waluyo menambahkan pertumbuhan rasio CASA menjadi salah satu strategi utama Bank Mega Syariah dalam menghadapi tantangan pada 2025.

Menurutnya, dengan rasio CASA yang lebih tinggi lagi, perusahaan akan memiliki fondasi yang cukup kuat untuk menjaga atau maintenance pendanaan.

Dia menuturkan, walaupun tingkat suku bunga acuan atau BI rate telah turun dua kali sejak September 2024 hingga saat ini, kondisi pasar belum menunjukkan tren serupa.

"Di market kita lihat sama sekali belum terjadi penurunan yang signifikan, sehingga kita benar-benar harus menjaga pertumbuhan funding atau pendanaan,” ujar Yuwono.

Terpisah, PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) mencanangkan rasio CASA pada level 55% dari keseluruhan simpanan. Ivan Jaya selaku Consumer Funding & Wealth Business Head Bank Danamon menjelaskan angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu.

“Di sini memang pertumbuhan CASA atau tabungan, terutama kalau dari sisi konsumer itu merupakan salah satu fokus kami,” tuturnya saat ditemui wartawan di acara Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025 di Jakarta Pusat, Kamis (13/2/2025).

Dia memaparkan bahwa tantangan penghimpunan DPK pada tahun ini salah satunya dipengaruhi peningkatan penerbitan surat utang negara oleh pemerintah, lebih lagi terdapat beberapa instrumen serupa yang mendekati jatuh tempo.

Itu sebabnya, Bank Danamon disebutnya sedang melakukan pendekatan berbeda demi menggenjot simpanan masyarakat. Pengembangan produk yang mengutamakan transaksi nasabah menjadi salah satu strategi yang ditempuh.

Selain itu, pihaknya juga mengupayakan peningkatan marketing awareness melalui melalui berbagai program undian yang diselenggarakan Bank Danamon.

“Jadi, kami mencoba untuk tidak melakukan pendekatan dengan memberikan bunga tinggi, tapi menawarkan model solusi dan transaksi,” jelas Ivan.

Adapun, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mengincar pertumbuhan DPK dan transaksi dana murah melalui ekspansi digital pada 2025.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyatakan bahwa tantangan likuiditas perbankan akibat ketidakpastian global harus diantisipasi dengan strategi terukur.

”Tantangan ke depan dari ketidakpastian global menyebabkan tekanan nilai tukar rupiah dan likuiditas. BNI telah menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi tantangan tersebut, salah satunya dengan meningkatkan dana murah lewat ekspansi digital perbankan,” kata Royke dalam keterangan tertulis, Kamis (2/1/2024).

Secara keseluruhan, fokus BNI pada tahun ini mencakup transformasi kantor cabang, peningkatan produktivitas pegawai, pertumbuhan tabungan melalui transaksi, penguatan ekosistem digital untuk CASA dan pendapatan berbasis komisi (fee-based income), serta perbaikan kualitas kredit.

Di sisi digital, peluncuran aplikasi wondr by BNI pada Juli 2024 turut meningkatkan transaksi dana murah ritel. Aplikasi ini telah digunakan lebih dari 5 juta pengguna dengan tingkat aktivitas dua kali lipat dibandingkan aplikasi sebelumnya. Selain itu, BNIdirect yang ditingkatkan pada Oktober 2024 memperkuat layanan untuk segmen korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini