Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kawasan Industri 5 Hektare Dikembangkan di Sumbawa Barat

Proyek ini merupakan kerja sama PT Amman Mineral Industri (AMIN) dengan PT Krakatau Tirta Industri (KTI).
Ilustrasi Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek./Bloomberg-Ben Nelms
Ilustrasi Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek./Bloomberg-Ben Nelms

Bisnis.com, DENPASAR – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat bakal menyiapkan skema pengelolaan kawasan industri seluas 5 hektare di kawasan smelter Sumbawa Barat.

Industri turunan yang akan dikembangkan dalam kawasan industri ini berfokus pada enam sektor industri yang menjadi fokus pembangunan NTB yakni sektor pangan, permesinan dan alat transportasi, pertambangan dan ekonomi kreatif.

Kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti menjelaskan kawasan pihaknya sudah mulai menyiapkan sektor atau industri yang akan dikembangkan di atas lahan seluas lima hektare tersebut. Salah satunya yang sudah mulai dikembangkan adalah kawasan penyulingan air laut menjadi air baku atau air siap pakai yang menggunakan teknologi termutakhir dan ramah lingkungan.

Proyek ini merupakan kerja sama PT Amman Mineral Industri (AMIN) dengan PT Krakatau Tirta Industri (KTI), fasilitas ini sangat penting dalam rangka mendukung operasional smelter untuk jangka waktu 30 tahun ke depan.

“Untuk pengembangan sektor lainnya kami sedang siapkan roadmap serta skema pengelolaannya,” jelas Nuryani dikutip pada Jumat (24/3/2023).

Kawasan industri ini ditargetkan sebagai lapangan kerja baru di NTB, sehingga akan diprioritaskan dalam perekrutan tenaga kerja lokal. Nuryanti berharap adanya pengembangan kawasan industri ini akan berdampak terhadap ekonomi NTB.

Sementara itu, pembangunan smelter yang dilakukan oleh PT AMNT mencapai 51 persen. Penyelesaian smelter ini diproyeksikan molor hingga 2025. Awalnya pembangunan smelter ini ditargetkan rampung pada 2023, dan mulai beroperasi pada 2024.

Nuryanti menjelaskan terdapat sejumlah kendala dalam pembangunan smelter ini antara lain kendala pandemi Covid-19 dan krisis energi di Eropa, yang merupakan faktor eksternal, menyebabkan kendala logistik dan mobilisasi sumber daya manusia (SDM). Kendala teknis lainnya yakni kapasitas produksi mencapai 800 ton secara non-stop belum bisa dilakukan dengan segera.

“Pembangunan akan tuntas 100 persen di pertengahan 2025, tetapi operasi secara bertahap akan mulai dilakukan sejak 2024,” ujar Nuryanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper