Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Trump Masih Harus Melewati Tahap Ini Dalam 60 Hari

Presiden AS Donald Trump memerintahkan administrasinya untuk mengenakan tarif tambahan sebesar US$100 miliar untuk produk impor asal China.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Reuters
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden AS Donald Trump memerintahkan administrasinya untuk mengenakan tarif tambahan sebesar US$100 miliar untuk produk impor asal China.

Sementara itu, Kepala USTR Robert Lighthizer segera memproses deklarasi tersebut pada Kamis (5/4/2018) malam. Dia mengeluarkan pernyataan yang menekankan tidak ada satu pun tarif yang akan memberikan dampak langsung.

“Tidak ada tarif yang langsung diberlakukan hingga semua prosesnya selesai dengan sempurna,” ujar Lighthizer, seperti dikutip Bloomberg pada Jumat (6/4/2018).

Namun, dia tidak menjelaskan kapan pengajuan tarif ini akan segera diresmikan. Pasalnya, tarif tambahan tersebut harus melewati tahap konsultasi publik dalam periode 60 hari.

Adapun, Kepala Penasihat Ekonomi Trump, Lary Kudlow dan beberapa pejabat administrasi lainnya telah berusaha untuk menurunkan kekhawatiran perang dagang dalam dua hari ini. “Saya kira, kita akan melangkah menuju kesepakatan. Saya percaya China akan menyerah,” katanya dalam wawancara untuk Fox News.

Meskipun begitu, Administrasi Trump telah memberikan pernyataan yang keras sebelum Kudlow, bahwa ini saatnya untuk menghentikan Negeri Panda yang terlalu mengambil keuntungan dari AS.

“Seiring dengan pembalasa China yang tidak adil, saya menginstruksikan USTR (Perwakilan Perdagangan AS) untuk mempertimbangkan tarif tambahan sebesar US$100. Jika tarif tersebut sesuai dengan Pasal 301, USTR harap segera membuat daftar produknya,” tulis Trump di dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan Gedung Putih pada Kamis (5/4/2018).

Pernyataan itu pun mengancam usaha yang dilakukan oleh pejabat perekonomian utama AS dan China untuk mendinginkan tensi perang dagang lewat perundingan.

Adapun, pasar semakin khawatir kedua negara ekonomi terbesar di dunia itu akan berakhir dalam perang dagang. Dampaknya, pasar saham berjangka AS anjlok setelah pengumuman Gedung Putih tersebut.

Indeks S&P 500 sempat tergerus hingga 1,6% sebelum ditutup pada level 0,7% pada akhir perdagangan Kamis (5/4/2018).

Adapun pejabat Gedung Putih menambahkan, tambahan tarif sebesar US$100 miliar mengacu kepada nilai impor bukan jumlah pajak yang akan dikenakan untuk produk impor Negeri Panda.

Merespons pernyataan Gedung Putih tersebut, agensi berita nasional China, Xinhua, menyatakan pada Jumat (6/4/2018), Beijing bersumpah untuk melindungi kepentingannya, “melawan aksi baru AS.”

Sebelumnya Negeri Panda telah melakukan retaliasi dengan melempar tarif sebesar 25% untuk sekitar US$50 miliar impor Paman Sam, termasuk kacang kedelai, otomotif, bahan kimia, dan pesawat terbang.

Tarif itu akan segera berlaku ketika tarif yang dikenakan Paman Sam juga mulai diberlakukan. Pembalasan China tersebut merupakan respons dari rilis daftar produk Negeri Panda yang akan dikenakan tarif sebesar US$50 miliar oleh Paman Sam.

David Loevinger, mantan pejabat senior Treasury yang kini menjadi Managing Director Emerging Market di TCW Group Inc. menyatakan keraguannya atas langkah Trump kali ini.

“Tidak jelas hubungannya antara apa yang dikatakan presiden dengan apa yang sebenarnya akan menjadi hukum. Pasar akan mengacuhkan pernyataan Gedung Putih untuk isu perdagngan,” ujarnya. (Bloomberg/Dwi Nicken)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper