Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TENSI PERANG DAGANG: Delegasi AS Tiba di China, Ini Harapan Kudlow

Delegasi perdagangan Amerika Serikat dilaporkan saat ini telah berada di Beijing, China untuk membahas isu utama terkait pengenaan sejumlah tarif komoditas
Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer (depan) tiba di China./.Reuters-Jason Lee
Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer (depan) tiba di China./.Reuters-Jason Lee

Bisnis.com, JAKARTA- Delegasi perdagangan Amerika Serikat dilaporkan saat ini telah berada di Beijing, China untuk membahas isu utama terkait pengenaan sejumlah tarif komoditas.

Pertemuan terkait kebijakan dagang dari pihak AS, delegasi dipimpin Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, sementara dari China dipimpin Wakil Perdana Menteri China Liu He.

Dalam pertemuan tersebut disebutkan kemungkinan untuk mengurai sejumlah keluhan dari pihak AS tentang praktik perdagangan China.

“Itu langkah untuk negosiasi secara bilateral biar win win solution antara kepentingan ekonomi dua negara. Penasihat ekonomi Trump, Kudlow sudah berikan sinyal bahwa kemungkinan setelah kunjungan ke China tensi perang dagang bisa menurun,” kata Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara kepada Bisnis.com, Kamis (3/5/2018).

Seperti diketahui, sebelumnya pejabat administrasi senior Presiden AS Donald Trump mengemukakan Negeri Paman Sam akan mendorong China untuk mengatasi berbagai macam gangguan perdagangan ketika saat delegasi Amerika Serikat berkunjung ke Beijing pada Kamis dan Jumat ini.

“Ini akan mencakup area yang luas. Semua perselisihan akan dibahas,”kata Larry Kudlow, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih seperti dikutip Bisnis.com dari Bloomberg (26 April 2018).

Ketika itu, Kudlow mengatakan dirinya akan bergabung dengan delegasi bersama Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer.

Kudlow mengatakan AS ingin membahas praktik perdagangan China yang tidak adil antara lain di sektor teknologi.

“Mereka memiliki hambatan dan tarif. Kami ingin sejumlah pasardibuka. Saya memiliki harapan besar untuk ini. Saya selalu optimis tentang ini,” katanya.

Seperti diketahui, retorika perdagangan antara Amerika Serikat dan China yang semakin meningkat membuat pelaku pasar mencoba menerka apakah tensi ini akan berujung pada perang dagang atau hanyalah sekadar balas-membalas ancaman yang akan berakhir di meja perundingan.

Pada Minggu (8/4/2018), media di China menyerukan pelaku bisnis internasional termasuk industri dan komersial di AS melawan rencana Presiden AS Donald Trump untuk menambahkan pengenaan tarif sebesar US$100 miliar terhadap barang-barang di China (Bisnis Indonesia, 9 April 2018).

“Kami memanggil seluruh komunitas bisnis internasional, termasuk AS untuk mengambil tindakan cepat dan efektif serta mendesak pemerintah AS untuk memperbaiki kesalahannya,” ungkap media negara di China, People’s Daily, seperti dikutip Bloomberg, Minggu (8/4/2018).

Media yang diawasi penuh oleh pemerintah China itu juga menyatakan perusahaan dan industri di China akan terus mendorong pemerintah di seluruh negara melawan tarif yang akan diberlakukan oleh Negeri Paman Sam.

Adapun pada Kamis (5/4/2018) waktu AS, Trump memerintahkan adimistrasinya untuk mengenakan tarif tambahan sebesar US$100 miliar terhadap produk impor asal China. Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan Gedung Putih, Trump mengatakan pertimbangan tambahan tarif tersebut menyusul adanya pembalasan China yang dirasa tidak adil.

Kepala Perwakilan Perdagangan AS (USTR) Robert Lighthizer pun segera memproses deklarasi tersebut tetapi dia mengungkapkan tidak ada satu pun tarif yang akan memberikan dampak langsung. Pasalnya, tarif tambahan tersebut masih harus melewati tahap konsultasi publik dalam periode 60 hari.

Merespons penambahan tarif tersebut, Beijing menyatakan untuk melindungi kepentingannya dan akan melawan aksi baru AS.

Sebelumnya Negeri Panda telah melakukan retaliasi dengan melempar tarif sebesar 25% untuk sekitar US$50 miliar impor Paman Sam, termasuk kacang kedelai, otomotif, bahan kimia, dan pesawat terbang.

Tarif itu akan segera berlaku ketika tarif yang dikenakan Paman Sam juga mulai diberlakukan. Pembalasan China tersebut merupakan respons dari rilis daftar produk Negeri Panda yang akan dikenakan tarif sebesar US$50 miliar oleh Paman Sam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper