Bisnis.com, JAKARTA -- PT Biofarma (Persero) mengharapkan konsorsium vaksin dan produk biologi yang dicanangkan pemerintah dapat mengatasi berbagai persoalan yang menangkupi proses pembuatan produk baru.
Adriansjah Azhari, Direktur Pusat Riset dan Pengembangan Biofarma menuturkan pihaknya telah melakukan pertemuan awal dengan anggota konsorsium. Seluruh pihak baik pemerintah, industri dan akademisi berkomitmen untuk mempercepat produksi dan menghasilkan produk baru.
"Produk vaksinya kami sepakati yang dibutuhkan masyarakat seperti vaksi tifoid generasi terbaru juga rotavirus. Kedua penyakit ini banyak terjadi di Indonesia," kata Adriansjah di Jakarta, Kamis (13/12/2018).
Dia menyebutkan kedua vaksin ini juga telah diteliti oleh tim Biofarma. Melalui konsorsium diharapkan dapat terjadi percepatan hingga memasuki fase produksi masal.
"Kami harapkan kedua vaksin dapat dikenalkan ke masyarakat pada 2021-2022," katanya.
Adriansjah menyebutkan untuk menghapus kekhawatiran masyakat terhadap produk vaksin tidak halal, pihaknya mengembangkan produk baru
M. Rahman Roestan, Direktur Utama Biofarma menuturkan pihaknya menilai keberadaan konsorsium sangat strategis. Selain mempersingkat waktu produksi, pembentukan konsorsium juga akan memangkas biaya pengembangan karena ditanggung oleh banyak pihak.
Sementara itu, mengenai target pendapatan Biofarma 2018 dia menyebutkan masih sesuai dengan rencana kerja yang ditetapkan. Meski begitu Rahman enggan menyebutkan besaran realisasi yang telah dicapai. Demikian juga dengan estimasi penjualan 2019.
Meski begitu, ia menjelaskan pihaknya akan memperkuat ekspor pada tahun depan. Negara-negara Afrika dan Timur Tengah menjadi pasar yang diincar oleh perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel